Sukses

Rencana Aksi Demo 2 Desember Ganggu Sektor Properti

Aksi-aksi demo besar-besaran mengganggu penjualan properti, khususnya di Ibu Kota.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana aksi demo 2 Desember 2016 dinilai akan berdampak negatif bagi sektor properti di dalam negeri. Terlebih lagi sektor tersebut tengah meredup pada tahun ini.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Eddy Hussy mengatakan, sektor properti merupakan investasi jangka menengah dan panjang. Jika situasi di dalam negeri tidak kondusif, maka investor khawatir ‎untuk berinvestasi di sektor ini.

"Nah properti itu kan rata-rata investasi jangka menengah maupun jangka panjang. Artinya mereka membeli melalui bank dan mereka hati-hati melihat situasi lapangan," ujar dia dalam acara CEO Forum di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (24/1/2016).

Selain itu, menurut Eddy, aksi-aksi seperti ini juga mengganggu penjualan properti, khususnya di Ibu Kota. Ia telah mendapatkan laporan dari para anggota REI terkait hal tersebut.

"Sedikit banyak memang mengganggu, terakhir penjualan semakin mandek atau turun karena memang kepastian keamanan maupun politik itu menjadi pukulan bagi pembeli terhadap properti. Data (penurunan) persisnya tidak‎ ada. Kita dapat dari anggota kita tanya yang terutama berada di DKI, rata-rata turun," jelas dia.

Oleh sebab itu, dia berharap aksi demo tersebut tidak benar-benar terjadi. Dia juga yakin pemerintah bisa mengatasi masalah ini dengan baik.

"Nah ada lagi rencana demo 2 Desember. Nah itu sudah pasti orang tidak belanja, mereka melihat dulu. Tapi pasti kami memberikan keyakinan dan kami sendiri yakin bahwa pemerintah bisa mengatasi ini dengan baik. Ya tapi namanya masyarakat kan, mereka bukannya tidak percaya, katakanlah nunggu sebulan, dua bulan (beli properti), ya enggak apa-apa," ‎tandas dia.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Antonius J Supit mengatakan, aksi demo yang berlangsung dalam jangka waktu yang berdekatan seperti ini akan mengganggu kenyamanan para pebisnis dan investor. Hal ini sangat disayangkan lantaran terjadi di tengah upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dan menarik lebih banyak investasi.

"Demo ini berpengaruh ke iklim investasi, karena investasi itu memerlukan kenyamanan dan kepastian hukum. Apalagi nanti buruh mau ikut nimbrung. Kalau dibiarkan berlarut-larut akan berpengaruh besar," ujar dia dalam acara CEO Forum di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (24/11/2016).

Anton menyatakan, belajar dari aksi demo 4 November lalu, ada sejumlah kontrak bisnis yang tertunda karena muncul ketakutan dari para investor. Hal seperti ini dikhawatirkan kembali terjadi pada 2 Desember mendatang.

"Kejadian 4 November kemarin membuat orang tambah mikir, saya aja punya orang-orang mau tanda tangan kontrak (bisnis) enggak jadi, ini baru satu kasus," kata dia.

Oleh sebab itu, Anton berharap rencana aksi demo ini tidak benar-benar terlaksana. Sebab menurut dia, inti permasalahan dari aksi ini terkait kasus penistaan agama sudah berjalan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok‎) sudah dijadikan tersangka. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.