Sukses

Bermimpi Punya Tabungan

Kini sejumlah pengendara ojek pangkalan lebih memilih ikut profesi sebagai pengendara ojek online.

Liputan6.com, Jakarta - Sambil menunggu order pelanggan masuk lewat ponsel pintarnya, Muhammad Roni (40) duduk sejenak sambil memegang ponsel pintar di depan gerbang kampus Universitas Indonesia (UI), Salemba Jakarta Pusat.

Sesekali ia memandang ke jalan, dan melirik ponsel pintarnya pada Sabtu Siang.Ia tak sendiri menunggu order masuk untuk mengantar para pelanggan. Pria berkulit hitam ini bersama-sama temannya berkumpul di depan gerbang berwarna putih di Fakultas Kedokteran UI. Terdengar celotehan keluhan soal orderan sepi, dan kesulitan mendapatkan bonus.

Roni mengikuti ojek online sekitar empat bulan di bawah bendera PT Gojek Indonesia . Sebelumnya, ia menekuni pekerjaan sebagai pengendara ojek pangkalan di Tegolong, Jakarta Utara sejak tahun 2000. Selama menekuni pekerjaan sebagai pengendara ojek pangkalan sering kali mendapat penghasilan tak menentu.

"Seharian di ojek pangkalan justru tidak tentu (penghasilan). Kadang Rp 50 ribu, kadang lebih dan kurang, tidak menentu," tutur ayah dari dua anak ini.

Maraknya ojek online membuat pelanggan Roni berkurang. Kini pelanggan ojek pangkalan lebih memilih memakai ojek online lantaran lebih murah dan dijemput pula. Alasan itu pula mendorong Roni ikut ojek online.

Roni mengaku sejak ikut ojek online penghasilannya bertambah. Ia dapat kantongi penghasilan Rp 150 ribu-Rp 200 ribu. Namun, penghasilan itu masih kotor. Oleh karena itu, ia mengharapkan bonus untuk menambah penghasilannya. "Masih gedean di gojek. Sehari Rp 150 ribu-Rp 200 ribu, itu kotor," ujar dia.

Tak hanya penghasilan bertambah, pengalaman baru pun didapatkan. Lewat ojek online, Roni akhirnya bisa transaksi keuangan lewat ponsel pintarnya. Lantaran  menarik uang pembayaran pelanggan lewat rekening ponsel. Saat awal bergabung di Gojek, dirinya sempat merasakan rekening ponsel yang dikeluarkan CIMB Niaga.

"Iya sempat bingung, tanya istri dan teman. Saya awam begini. Yah diajarin teman ini caranya begini. Cara memindahkan rekening hp dan ATM," kata dia.

Ketika menekuni profesi ojek pangkalan, Roni hanya mendengar soal anjungan tunai mandiri (ATM). Buku tabungan saja tak ada lantaran penghasilannya hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup.

Ia mengaku, uang belanja disisihkan Rp 100 ribu per hari. Belum lagi untuk membayar kontrakan. Saat ikut ojek online, Roni mengakui untuk mengatur keuangannya sama saja. Oleh karena itu, ia belum sempat menabung.

"Kebutuhan, penghasilan dan pengeluaran hampir seimbang. Istilahnya dapat hari ini lewat. Dapat sisihkan dikit pakai lagi. Yah loss begitu saja," ujar dia. Namun, ia masih memiliki keinginan untuk menabung. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uang Elektronik Paksa Masyarakat Melek Produk Keuangan

Pengendara ojek online Mael (47) pun merasakan hal sama. Pelanggan yang sudah sepi di ojek pangkalan lantaran lebih memilih pakai ojek online membuat Mael ikut temannya menjajal sebagai pengendara ojek online.

Sebelumnya ia menekuni pekerjaan sebagai tukang ojek pangkalan selama sembilan tahun di daerah Curuq, Kalimalang. Ayah dari satu putri ini menunggu pelanggan dari curug Kalimalang sejak pukul 06.30 pagi hingga pukul 17.00 WIB. Penghasilan yang didapat beragam mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Itu pun tidak menentu.

"Kalau lagi ramai bisa dapat Rp 100 ribu, kalau sepi, sepi banget. Bisa dapat Rp 25 ribu," ujar dia.

Situasinya kini berbeda. Selama ikut ojek aplikasi, penghasilan Mael pun bertambah. Minimal penghasilan yang diraih Roni sekitar Rp 100 ribu. Bahkan, kini ia mendapatkan pelanggan lebih mudah lantaran dengan hanya di rumah saja, ada pelanggan yang order. Saat subuh sekitar pukul 05.30 WIB saja kadang ada orderan yang masuk.

Lewat ojek aplikasi tersebut “memaksa” Mael mengerti menggunakan ponsel pintar android. Bila dulu hanya bisa sms dan telepon, kini ia bisa mahir memakai ponsel pintar untuk menarik order pelanggan, dan menarik uang dengan memakai rekening ponsel. Mael bahkan suka memamerkan keahliannya memakai ponsel android kepada sang istri.

Padahal ketika awal masuk ojek online Mael mengaku sempat alami kesulitan pakai ponsel pintar. Pria bertubuh kurus ini tak mendapatkan pelanggan selama seminggu. Ia pun mengotak-ngatik ponsel pintarnya dan dibawa kembali ke tempat pendaftaran gojek.

Akhirnya, usai diotak-atik ponsel pintar Mael dapat digunakan untuk mendapatkan order pelanggan.
Namun kesulitan tak berhenti di situ. Mael mengaku sempat bingung ketika memakai ponsel android untuk menarik uang hasil kerjanya lewat rekening ponsel. Usai seminggu tak dapat pelanggan, Mael malah tidak menarik penghasilannya selama dua bulan lantaran tak tahu bagaimana menarik uangnya.

Padahal ia sempat mendapatkan edukasi bagaimana menggunakan rekening ponsel dan diingatkan untuk menjaga rahasia pin.

Lantaran belum mengerti bagaimana menarik uang dengan rekening ponsel, uang Mael pun mengendap hingga ratusan ribu rupiah. Mael bertanya kepada teman bagaimana cara untuk menarik uang. Sang istri pun mengingatkan Mael untuk mencari teman yang dapat dipercaya untuk mengajar bagaimana menarik uang lewat rekening ponsel lantaran ada pin yang digunakan.

"Selama dua bulan tidak menarik, hingga sudah Rp 900 ribu. Saking tidak mengerti. Nyari teman untuk diajarin. Sekarang ada uang Rp 200 ribu sudah bisa diambil. Jadi withdraw dulu," tutur dia yang tinggal di daerah Bekasi ini.

Kini Mael lebih mudah menarik uang dengan memakai ATM. Lantaran BCA telah kerja sama dengan Gojek untuk penerimaan dana dari hasil pengendara Gojek. Mael pun akhirnya dapat memegang kartu ATM. "Dulu di ojek pangkalan belum pernah pegang ATM. Gojek megang ATM terus. Tiap minggu ke ATM," kata dia.

Dadang, pengendara Grab

Bagi pengendara ojek pangkalan, ikut ojek online tak hanya tambah penghasilan tetapi juga mencari pengalaman baru. Hal ini dirasakan Dadang usai 15 tahun menekuni pekerjaan menjadi ojek pangkalan di sekitaran stasiun Manggarai. Kini ia ikut ojek online di bawah bendera Grab Bike Indonesia. Dirinya ikut ojek online lantaran cari pengalaman baru dan inisiatif sendiri.

"Sudah bosan di pangkalan. Lihat situasi dan cari pengalaman baru," ujar dia

Sejak ikut ojek online , Dadang dapat kantongi penghasilan minimal Rp 100 ribu. Dalam sehari, ia mengaku bisa mengantar sekiar 18-20 pelanggan dalam sehari. Bapak dua anak ini pun memiliki ATM sejak ikut ojek online. Perusahaan tempatnya bekerja membuka rekening bank untuk dirinya. "Di ojek pangkalan (opang) tidak punya (ATM). Boro-boro mikirin itu," ujar Dadang.

Ia menceritakan sempat tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan kartu ATM bahkan untuk menarik uang di ATM. Pria paruh baya ini pun meminta bantuan teman, dan juga petugas keamanan yang berada di dekat ATM.

"Kita banyak teman nanya. Tanya security juga. Caranya bagaimana, sekarang jadi tahu,” ujar dia.

Ia mengakui sudah tahu bank sejak di ojek pangkalan. Akan tetapi, dirinya tidak pernah ikut menabung di bank lantaran penghasilan yang didapatkan harian.

"Yah namanya kerja begitu saja harian masuk kantong. Buat tiap hari saja untuk jajan dan keluarga,” ujar dia.

Dadang, pengendara Grab

Berkembangnya layanan aplikasi telah mendorong perubahan perilaku masyarakat. Ini pun berdampak ke pengendara ojek pangkalan yang ikut ojek online. Adanya layanan aplikasi itu secara tidak langsung juga mengenalkan masyarakat terutama ojek pangkalan yang belum mendapatkan literasi dan akses produk jasa keuangan menjadi terbuka bagi mereka.

"Sebelumnya akses tidak terbuka untuk mereka karena tidak qualified, tidak paham, kurangnya pengetahuan, malu dan tidak ada uang. Kini akses terbuka lewat gadget dan teknologi sehingga mengakselarasi pendapatan masyarakat," jelas Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Mike Rini.

Para pengendara ojek pangkalan yang sebelumnya kurang paham memakai teknologi dengan telepon pintarnya, kini menjadi lebih tahu karena seringnya pemakaian. Oleh karena itu, menurut Mike perlu fitur-fitur dalam sebuah aplikasi produk keuangan yang memiliki fitur untuk menabung.

Dengan ada fitur dalam sebuah aplikasi terutama produk keuangan juga mendorong masyarakat untuk menabung bagi masyarakat menengah bawah yang ikut ojek online. Tak hanya itu juga dapat mengenalkan produk keuangan lainnya seperti pinjaman mikro.

"Selain itu perlu edukasi atau fitur sifatnya gaming untuk mendorong masyarakat mengenal produk keuangan dan menabung. Jadi melalui aplikasi juga ada edukasi keuangan yang sesuai dengan konteks keseharian mereka," kata Mike.

Ia mengatakan, memang investasi membuat infrastruktur untuk fitur layanan keuangan tersebut tidak murah. Akan tetapi, demografi masyarakat Indonesia yang belum terlayani produk keuangan sangat besar maka juga dilihat sebagai potensi. Sedangkan bagi masyarakat atau pengguna layanan keuangan dapat berkenalan dengan produk keuangan yaitu uang elektronik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini