Sukses

Menteri ESDM Minta Kontraktor Migas Lebih Efisien

Menteri ESDM Ignasius Jonan Jonan meminta kepada perusahaan atau KKKS Migas untuk menerapkan manajemen yang cerdas dalam pengelolaan bisnis.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menyatakan, hampir separuh dari 85 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memiliki hak eksploitasi migas di Indonesia terkena permasalahan efisiensi.

Akibatnya ada perusahaan migas yang sudah pailit dan menjadi dhuafa, bahkan ada yang sedang dalam proses restruktrisasi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan saat kunjungan kerja ke Kilang LNG Tangguh pada pekan lalu, mengungkapkan, 10 Kontraktor KKS Migas masuk dalam top ten perusahaan yang dikenal efisien, termasuk BP Tangguh.

"Top 10 KKKS sudah efisien, yang kecil-kecil ini, sudah produksi kecil, beli pesawat jet pribadi lagi," ujar dia, baru-baru ini.

Sebab itu Jonan meminta kepada perusahaan atau KKKS Migas untuk menerapkan manajemen yang cerdas dalam pengelolaan bisnis.

"Idealnya industri ini (Migas) harus bisa lebih efisien. Kami akan benahi karena sumber daya alam merupakan milik seluruh rakyat Indonesia," jelas dia.

Dia menyebut, tidak menutup kemungkinan bahwa perizinan eksplorasi maupun eksploitasi blok atau lapangan migas kepada KKKS banyak diperjualbelikan.

"Kadang-kadang dulu itu, izinnya diperjualbelikan. Jadi waktu dapat izin, eksploitasi atau apa, waktu harga minyak US$ 100-US$ 120 dijual ke temannya. Nah sekarang begitu harga minyak US$ 50 per barel, jungkir balik dia," terang Jonan.

Melalui reformasi perizinan yang dilakukan Kementerian ESDM, diharapkan Jonan dapat meminimalisir persoalan di tubuh perusahaan migas.

"Meminimalisir lah harapannya karena industri hulu migas bukan industri kecil dan menengah. Tidak ada itu, kecuali waktu menggali migas, pakai tenaga jin, itu bisa (UKM)," jelas Mantan Menteri Perhubungan itu.

Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengungkapkan, dari 85 jumlah KKKS yang memiliki hak eksploitasi sumur migas di Indonesia, hampir setengahnya bermasalah, terutama persoalan efisiensi biaya produksi.

"Dari 85 KKKS eksploitasi, setengahnya atau dari 40 ranking ke bawah, tidak usah diapa-apakan sudah berhenti. Ada yang pailit atau dipailitkan di Pengadilan Niaga, berhenti atas kemauan sendiri, atau perusahaan jadi dhuafa," terangnya.

Amien mencontohkan, EMP Bentu Ltd misalnya sudah tidak beroperasi lagi lantaran biaya produksi lebih tinggi daripada harga minyak dunia. Kemudian, lanjut dia, ada EMP Tonga pun bernasib sama.

Sedangkan kontraktor Blok Pase sedang melakukan restrukturisasi, yakni mengganti dewan direksi dan PT Sele Raya yang sulit menaikkan produksi migas kecuali dilakukan pemasangan pipa.

"Yang pailit ada satu kontraktor. Itu karena tidak kuat bayar utang, salah manajemen. Dituntut vendornya karena tidak bisa bayar, akhirnya dipailitkan," imbuh Amien.(Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.