Sukses

Investasi 2 Perusahaan Ini Bikin Petrokimia RI Sejajar Singapura

Dua perusahaan petrokimia telah melapor untuk berinvestasi di Indonesia dalam rangka menambah kapasitas dan membangun pabrik baru.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprioritaskan pembangunan industri petrokimia di dalam negeri dapat dipercepat pada 2017. Sebagai salah satu sektor strategis, industri petrokimia berperan penting untuk memasok bahan baku bagi banyak manufaktur hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, farmasi dan kosmetik.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini sudah ada dua perusahaan petrokimia yang telah melapor untuk berinvestasi di Indonesia dalam rangka menambah kapasitas dan membangun pabrik baru.

Kedua perusahaan petrokimia tersebut yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan.

"Petrokimia kita ketinggalan dibanding Singapura, Malaysia, Thailand. Kalau refinery minyak ketinggalan jauh. Tapi kalau chemical (petrokimia), kalau investasi dari Chandra Asri dan Lotte masuk, kita menyamakan Singapur‎a," ujar dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (22/2/2017).

‎Dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, lanjut Airlangga, Chandra Asri selaku industri nasional akan memberikan investasi sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun sampai 2021.

“Tahun ini, perseroan akan berinvestasi sebesar US$ 150 juta untuk menambah kapasitas butadiene sebanyak 50 ribu ton per tahun dan polietilene 400 ribu ton per tahun," kata dia.

Sedangkan industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan juga akan segera merealisasikan investasinya sebesar US$ 3 miliar-US$ 4 miliar atau sekitar Rp 52 triliun-Rp 53 triliun untuk memproduksi nafta cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya.

Sebagai upaya mempercepat realisasi investasi industri petrokimia, Airlangga juga mengusulkan agar sektor ini mendapatkan penurunan harga gas. Dengan harga gas yang kompetitif, dapat dipastikan daya saing industri petrokimia nasional akan semakin meningkat.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono menargetkan investasi di sektor IKTA sepanjang tahun ini dapat mencapai Rp 152 triliun dari tahun sebelumnya Rp 110 triliun.

“Kami  optimistis pertumbuhan industri petrokimia nasional dapat naik sebesar 6 persen pada tahun ini. Kalau tahun sebelumnya pertumbuhan industri hanya mencapai 5,2 persen," kata dia.

Sigit mengungkapkan pembangunan industri petrokimia ini tidak hanya sebagai sektor strategis dalam jangka pendek, karena pembangunannya memerlukan waktu 4 hingga 5 tahun. "Maka itu tahun ini harus sudah mulai persiapan," lanjut dia.

Dia mengakui ketersediaan gas tidak selalu ada dan dapat diperoleh dengan mudah. Misalnya di Bintuni, meskipun kawasan ini terdapat sumber gas yang potensial untuk mensuplai bahan baku  industri petrokimia, namun ketersediaan gas baru akan onstream pada 2021.

“Sambil nunggu gas tersedia, tahun ini juga harus mulai ada kontrak offtake antara investor dan PT, PI, Ferrostal atau yang lainnya, yang saat ini sudah ada MoU untuk joint venture," tandas dia.(Dny/Nrm)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini