Sukses

3 Langkah Jitu Mengelola Bonus

Bulan April adalah salah satu bulan di mana banyak perusahaan sering kasih bonus ke karyawannya.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan April adalah salah satu bulan di mana banyak perusahaan sering kasih bonus ke karyawannya.

Bisa dimengerti. Banyak perusahaan yang punya Tahun Fiskal mulai dari 1 April hingga 31 Maret (di tahun berikutnya), sehingga kalau perusahaan dapat laba pada periode itu, seringkali karyawan akan mendapatkan Bonus di bulan Aprilnya.

Bonus ini, biasanya disebut juga bonus keuntungan perusahaan, atau semacam itu. Besar bonus ini tentu saja variatif, tergantung pada banyak faktor.

Yang menarik, seringkali tidak semua orang bisa tetap rasional ketika dapat bonus.

Anda pernah nonton acara Uang Kaget? Prinsip acara ini sederhana: ada orang (biasanya sih dipilih dari keluarga miskin) yang diberi Uang Kaget Rp 10 juta, di mana tugas dia cuma satu: menghabiskan uang itu untuk dibelikan apapun buat dirinya sendiri atau keluarganya.

Syaratnya satu, uang itu harus habis dalam batas waktu 30 menit. Kalau tidak habis, maka sisanya harus dikembalikan. Bisa ditebak apa yang terjadi, orang ini akan panik dan membelanjakan uangnya sedemikian rupa -seringkali ke hal-hal yang sebetulnya tidak butuh-butuh amat - hanya karena dia tidak mau uang itu bersisa.

Pergi ke toko pakaian dan membeli segala macam pakaian untuk keluarganya, atau pergi ke toko barang elektronik dan membeli segala macam barang elektronik seperti tape, TV, kipas angin, handphone, atau apapun itu. Sekali lagi, seringkali barangnya tidak butuh-butuh amat.

Nah, biarpun banyak yang pro dan kontra terhadap acara itu, tapi sejujurnya, apa yang ada di acara itu mewakili banyak dari kita. Banyak di antara kita yang waktu dapat bonus, perilaku kita persis seperti orang yang dapat Uang Kaget di dalam acara TV itu: tidak rasional dan tidak bisa berpikir jernih waktu ada uang di tangan.

Dibelikan baju, barang elektronik, modifikasi mobil, beli sofa baru, dan sebagainya. Ada saja keperluannya.  Karena itu, berikut ini adalah 3 langkah yang harus Anda lakukan dalam mengelola bonus Anda, sehingga Anda tidak terjebak menghabiskan bonus Anda untuk hal-hal yang tidak perlu.

1. Bayar Kewajiban Tertunggak

Prioritas pertama yang harus Anda dahulukan kalau dapat bonus adalah dengan melunasi Kewajiban-kewajiban Anda, salah satunya disini adalah Utang-utang Anda.

Jangan salah, utang disini bukan utang yang belum jatuh tempo, seperti sisa saldo utang Anda pada pihak lain, tapi utang yang sudah seharusnya Anda bayar, tapi belum Anda bayar. Itulah kenapa disebut tertunggak alias belum dibayar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tipe pembayaran

Ada dua tipe pembayaran utang yang biasanya Anda punya:

Utang yang sekali bayar, lunas, contohnya Anda ngutang ke teman pada bulan Agustus, terus Anda janji mengembalikannya full di bulan September. Tapi ternyata pas September Anda belum bisa bayar.

Ya sudah, itu jadi utang tertunggak. Atau Anda punya utang kartu kredit sebesar Rp 5 juta yang harus Anda bayar lunas September kemaren, tapi Anda belum bisa bayar sedikitpun, ya itu jadi utang tertunggak.

Kedua, adalah utang yang pembayarannya harus Anda cicil alias cicilan utang. Misalnya, setiap bulan Anda punya komitmen untuk mencicil Rp 1 juta. Eeeh 2 bulan terakhir Anda tak bisa bayar. Maka cicilan 2 bulan terakhir itu yang jadi tunggakkan.

Jadi utang tertunggak di sini bisa berupa pelunasan yang belum Anda lunasi, atau berupa cicilan bulanan yang belum Anda bayar pada bulan tertentu. Walaupun begitu, yang saya sarankan adalah jangan sampai pembayaran utang tertunggak Anda melebihi 30 persen dari bonus yang Anda dapat.

Contohnya, kalau bonus Anda Rp 10 juta, maka untuk bayar utang tertunggak Anda total ya jangan lebih dari Rp 3 juta. Lho, kalau ternyata utang tertunggak Anda menghabiskan lebih dari 30 persen gimana? Kalau cuma 35 persen-atau paling banyak 40 persen sih masih enggak apa-apa. Tapi kalau sudah 50-60-70 persen, mmm... lihat-lihat kasusnya sih.

Contoh, kalau Anda memang gak punya simpanan uang atau aset atau investasi lain, dimana Bonus Anda adalah satu-satunya uang Anda saat ini, ya saya sih enggak setuju Anda menghabiskan 50-60-bahkan 70 persen dari bonus Anda hanya untuk bayar kewajiban Tertunggak.

Saya lebih suka Anda negosiasi untuk minta keringanan cicilan. Tapi kalau diluar bonus itu Anda masih punya simpanan dana lain atau masih punya beberapa aset di rumah Anda yang bisa dijual dan bisa jadi duit sewaktu-waktu, baru Anda boleh menggunakan sekitar 50-60-70 persen dari bonus itu untuk bayar kewajiban tertunggak.

3 dari 4 halaman

Tambah Tabungan

2. Tambah Tabungan dan Investasi

Banyak orang yang setiap dapat bonus, dia tidak pernah menggunakan bonus itu untuk ditabung dan diinvestasikan. Saran saya, mulai sekarang, kalau Anda dapat bonus, taruh di tabungan dan investasi. Apa bedanya tabungan dan investasi?

Buat saya, tabungan adalah pos di mana Anda mengakumulasikan uang untuk tujuan tertentu alias untuk dipakai lagi nanti ketika uangnya terkumpul. Misalnya untuk sekolah anak, pensiun, DP buat rumah baru, beli kendaraan dan lain sebagainya. Jadi habis dikumpulkan, dipakai lagi.

Sementara investasi adalah sebuah tindakan untuk memaksimalkan aset Anda, tidak perlu ada tujuan tertentu. Bicara tabungan, tabungan di sini bukan berarti harus tabungan di Bank, tapi bisa kemana saja. Yang penting tujuannya untuk dipakai buat goal-goal yang sebutkan tadi.

Sementara kalau investasi, harus disesuaikan lagi dengan kondisi Anda, dan berapa besar jumlah dana di bonus yang Anda dapatkan. Tapi beberapa alternatifnya adalah ke deposito, reksa dana, saham di pasar modal, atau emas. Kalau bonusnya agak banyakan, bisa juga untuk jadi DP properti.

4 dari 4 halaman

Belanja, Belanja, Belanja

Belanja, Belanja, Belanja

Setelah menggunakan bonus untuk membayar kewajiban tertunggak, menambah pos tabungan dan investasi, maka sekarang tiba waktunya untuk membelanjakan sisa bonus Anda. Saya selalu bilang bahwa yang namanya pengeluaran itu hanya ada tiga: wajib, butuh dan ingin.

Saya sih, lebih menyarankan Anda untuk membelanjakan bonus Anda ke hal-hal yang memang wajib dan butuh. HP pertama Anda, boleh. Motor atau Mobil Pertama Anda, boleh.

Tapi kalau Anda sudah punya sofa terus Anda beli sofa lagi hanya karena ngiler, itu namanya bukan butuh, tapi sudah Ingin. Nah, membeli yang ingin sekali-sekali sih boleh, tapi jangan keseringan.

Ingat, siapa yang bisa mengendalikan keinginannya, dia bisa mengendalikan pengeluarannya. Bahkan kalau barang itu cuma sekedar ingin tapi Anda tahu kalau itu tidak Anda butuh-butuhkan amat, mending alokasikan saja uang itu untuk menambah tabungan dan investasi Anda. Lumayan kan nambah-nambah tabungan dan investasi untuk masa depan?


Itu saja dari saya kali ini. Selamat mengelola bonus.

Safir Senduk & Rekan
Telepon: (021) 2783-0610
HP: 0818-770-500 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.