Sukses

Bank Dunia Prediksi PDB Indonesia Naik Jadi 5,3% di 2018

Bank Dunia menyebutkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan meningkat karena nilai Rupiah yang stabil.

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia naik menjadi 5,2 persen di 2017, dan mencapai 5,3 persen pada 2018.

Prediksi ini tertuang dalam laporan Bank Dunia bertajuk Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengutip situs Worldbank.org, Jumat (14/4/2017).

Bank Dunia menyebutkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan meningkat karena nilai Rupiah yang stabil meningkatkan kepercayaan konsumen.

Sementara upah riil yang lebih tinggi dan angka pengangguran yang terus menurun memberi dukungan bagi peningkatan daya beli konsumen.

Pertumbuhan investasi swasta juga diperkirakan meningkat karena harga komoditas yang sudah pulih kembali. Serta efek dari pelonggaran moneter pada tahun 2016 serta reformasi ekonomi baru-baru ini.

"Pada saat yang sama, harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi kendala fiskal dan meningkatkan belanja pemerintah, sedangkan pertumbuhan global yang menguat akan meningkatkan ekspor.

Oleh karena  itu, baik belanja pemerintah maupun ekspor kemungkinan akan pulih dari kontraksi yang terjadi 2016.

Namun, walaupun tingkat pertumbuhan PDB dalam jangka menengah diproyeksikan dapat melampaui tingkat pertumbuhan beberapa tahun terakhir ini, proyeksi pertumbuhan ini masih lebih rendah daripada
tingkat pertumbuhan yang terjadi setelah terjadinya krisis keuangan tahun 2008, ketika perekonomian pulih kembali dari pelemahan ekonomi
global.

"Dengan demikan perlu adanya semangat dalam melanjutkan perubahan
 perekonomian (staying the course) struktural yang terus menerus dilakukan, untuk dapat lebih meningkatkan potensi pertumbuhan perekonomian," menurut laporan tersebut.

Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia  bertambah untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, naik menjadi 5 persen pada 2016 dari 4,9 persen pada 2015, meski ketidakpastian kebijakan global masih tinggi.

"Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka pengangguran dan naiknya upah riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi swasta," menurut laporan.

Sebaliknya, belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2016 secara keseluruhan.

Fondasi ekonomi Indonesia dinilai tetap kokoh, didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit neraca berjalan dan tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang rendah dalam, defisit fiskal yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah. Kemiskinan dan ketimpangan juga menurun pada tahun 2016.

Kredibilitas fiskal yang menguat dengan adanya pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran yang lebih bisa dicapai dalam APBN 2017, memperkuat kepercayaan investor.

Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6 persen di tahun 2015.

Defisit neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun terakhir, yaitu 0,8 persen dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor manufaktur menguat.

Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca berjalan berkurang dari 1,8 persen dari 2 persen pada tahun 2015.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.