Sukses

Sektor Teknologi Menekan Wall Street

Sektor saham teknologi melemah karena ada aksi ambil untung menekan wall street pada awal pekan ini.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau disebut wall street bervariasi pada awal pekan ini didorong sektor saham teknologi yang tertekan. Investor beralih ke sektor saham defensif membuat indeks saham Nasdaq melemah.

Pada penutupan perdagangan saham Senin (Selasa pagi WIB), indeks saham Dow Jones menguat 14,79 poin atau 0,07 persen ke level 21.409. Indeks saham S&P 500 melemah 0,77 poin atau 0,03 persen ke level 2.439,0. Indeks saham Nasdaq tergelincir 18,10 poin atau 0,29 persen ke level 6.247,15.

Sektor saham utilitas dan telekomunikasi menjadi sektor saham catatkan performa terbaik di antara 11 sektor saham di indeks saham S&P. Namun, sektor saham teknologi catatkan pelemahan, dan turun 0,6 persen. Sektor saham itu alami tekanan didorong valuasi.

"Pasar obligasi menunjukkan ekonomi melambat. Anda melihat sektor saham defensif seperti utilitas masih baik karena investor saham beli dengan melihat kondisi pasar obligasi," ujar Paul Nolte, Manajer Portofolio Kingsview Asset Manajement, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (27/6/2017).

Sektor saham teknologi menekan indeks saham acuan. Ini seiring saham teknologi melemah antara lain saham Microsoft, Amazon, dan Alphabet hingga bebani indeks saham S&P 500 dan Nasdaq.

"Ini juga ada aksi ambil untung menjelang akhir kuartal kedua. Saya tidak akan terkejut bila nanti ada pembalikan arah pada awal Juli, dan kita juga akan melihat laporan keuangan yang kuat," tutur Tim Ghriskey, Chief Investment Officer Solaris Asset Management.

Adapun sektor saham utilitas masuk indeks sektor saham S&P menguat 0,8 persen. Sedangkan sektor saham telekomunikasi naik 0,6 persen.

"Jika investor keluar dari sektor saham teknologi, dan merotasi ke sektor saham lainnya. Tidak banyak sentimen pengaruhi sektor saham," kata Michael O'Rourke, Chief Market Strategist JonesTrading.

Sementara itu, indeks sektor saham energi di S&P juga susut 0,2 persen seiring harga minyak terbatas karena kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat dan negara lainnya. Adapun harga minyak turun baru-baru ini juga mempengaruhi inflasi yang rendah. Ini di bawah target bank sentral AS atau the Federal Reserve sebesar 2 persen.

Pada Juni 2017, the Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk kedua kali pada 2017. The Federal Reserve juga mengindikasikan akan menaikkan suku bunga lagi.

Indeks sektor saham keuangan S&P menguat 0,5 persen usai pimpinan the Federal Reserve New York William Dudley dan pimpinan the Federal Reserve San Francisco John William melihat data ekonomi yang melemah.

Pada awal pekan ini, data ekonomi AS yang keluar yaitu data pesanan baru turun pada Mei 2017. Ini menunjukkan rencana belanja usaha merosot 0,2 persen. Sedangkan ekonom perkirakan naik 0,3 persen.

Sedangkan volume perdagangan saham tercatat mencapai 6,42 miliar saham di wall street. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham sekitar 7,2 miliar saham.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.