Sukses

Kerjasama IJEPA Belum Bisa Tingkatkan Ekspor RI ke Jepang

Pelaksanaan kerjasama perekonomian Indonesia-Jepang atau Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tak menunjukkan dampak berarti bagi ekspor Indonesia ke Jepang.

Pelaksanaan kerjasama perekonomian Indonesia-Jepang atau Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tak menunjukkan dampak berarti bagi ekspor Indonesia ke Jepang.

Buktinya, pertumbuhan impor Indonesia dari Jepang jauh lebih pesat ketimbang ekspor dalam lima tahun pelaksanaan IJEPA yang dimulai pada 2008.

Rata-rata pertumbuhan impor Jepang ke Indonesia per tahun mencapai 25%, sementara ekspor justru turun rata-rata 6,6% per tahun.

"Kondisi ini terjadi karena Indonesia lebih banyak mengimpor barang jadi dari Jepang dan mengekspor barang mentah ke Jepang," kata Direktur Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana, Senin (11/3/2013).

Namun Agus masih menilai jika Jepang merupakan negara yang diperhitungkan di kawasan Asia-Pasifik dan menjadi merupakan pasar yang potensial bagi Indonesia, terutama di sektor jasa.

Dia menilai potensi terbesar terutama bagi Indonesia dalah pada jasa tenaga kerja semi terampil. Seiring dengan semakin langkanya blue-collar workers di Jepang, kebutuhan akan tenaga kerja seperti di bidang farmasi, keperawatan, konstruksi, otomotif, dan konstruksi akan terus meningkat di negara tersebut.

Kendati begitu, dia mengakui masih ada hambatan yang membayangi terutama untuk kemampuan berbahasa.

"Kesulitan bahasa ini menjadi penghambat tenaga kerja semi terampil Indonesia untuk masuk di industri pelayanan Jepang," kata dia. (Est/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.