Sukses

RI Butuh Rp 18,5 Triliun untuk Kembangkan Listrik Matahari

Pemerintah membutuhkan dana sebesar US$ 1.897 juta atau setara Rp 18,5 triliun untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 638 MW hingga 2025.

Pemerintah membutuhkan dana sebesar US$ 1.897 juta atau setara Rp 18,5 triliun (kurs Rp 9.744 per dolar AS) untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 638 megawatt (MW) hingga 2025.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Alihuddin Sitompul mengatakan, saat ini pengembangan listrik berbasis energi surya dilakukan PT PLN (Persero) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dengan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Sampai 2020, PLN menargetkan dapat mengoperasikan pembangkit listrik surya hingga 590 MW, sementara dari KESDM dana dari APBN pada tahun ini ditargetkan bisa mengoperasikan hingga 4.420 kilowattpeak (kWp),"papar Alihuddin seperti dikutip dari situs Ditjen EBTKE, Selasa (14/5/2013).

Dia mengakui mengembangkan energi surya di Indonesia bukan perkara mudah. Terdapat banyak kendala yang dihadapi diantaranya,  tingginya investasi PLTS jika dibandingkan pembangunan pembangkit berbahan bakar fosil dan kurangnya investor swasta untuk menanamkan uangnya ke proyek PLTS>

Selain itu, dalam pengembangannya diperlukan insentif untuk pengembangan energi ini, relatif rendahnya efisiensi dalam sistem. Di samping itu, teknologi surya belum diimplementasikan dalam skala industri, dibutuhkan spesifikasi variasi yang standar dalam pasar, kendala terakhir kurangnya pemahaman dan edukasi untuk pemanfaatan energi surya.

PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan sinar matahari melalui sel surya untuk mengkonversikan radiasi sinar foton matahari menjadi energi listrik. Pemanfaatan energi matahari untuk pembangkit listrik dapat dilakukan dengan cara PLTS tersebar bagi pemukiman yang berjauhan, dan PLTS Terpusat bagi pemukiman yang mengumpul saling berdekatan, serta PLTS yang dapat diinterkoneksikan dengan jaringan yang sudah ada  atau dipadukan (hybrid system) dengan pembangkit lainnya. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini