Sukses

Total Merawat si Tua Blok Mahakam Agar Produksi Tetap Optimal

Blok Mahakam di Kalimantan Timur yang dikelola PT Total E&P Indonesia sudah semakin menua. Bahkan jika tidak melakukan upaya apapun, produksinya bisa anjlok hingga 60%.

Blok Mahakam di Kalimantan Timur yang dikelola PT Total E&P Indonesia sudah semakin menua. Bahkan jika operator lapangan gas terbesar di Indonesia tersebut tidak melakukan upaya apapun, produksinya bisa anjlok hingga 60%.

Seperti dikutip dari data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), saat dieksplorasi sepanjang 1967-1972, Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (tcf).

Kini setelah diproduksi sejak 1974, maka sisa cadangan 2P minyak saat ini sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF. Memang, produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada tahun 1980-2000.

Meski mulai menua, Blok Mahakam tetap menjadi tulang punggung penerimaan RI dari sektor gas. Sama seperti manusia, ketika menua biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kesehatan fisik tentu akan semakin membesar.

Begitupun dengan Blok Mahakam, tak hanya uang, teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi cara untuk menjaga agar produksi tetap optimal.

Ditemui Nurseffi Dwi Wahyuni dan Siska Amelie F Deil di sela acara IPA Convention and Exhibition, pada Kamis 16 Mei 2013,  Executive Vice President Operations dan East Kalimantan District Manager Total E&P Hardy Pramono membeberkan seluruh strategi perseroan untuk menjaga produksi gas Blok Mahakam,

Berikut petikan hasil wawancaranya seperti ditulis Senin (20/5/2013):


Berapa produksi migas Blok Mahakam?

Cukup menggembirakan, produksi gas Blok Mahakam sekitar 10% di atas target yang ditetapkan 1.560 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sekarang ini produksi gasnya di atas 1.700 mmscfd.

Tak hanya gas, produksi minyak juga sudah melampaui target yaitu 5% di atas target 67 ribu bph, 70 ribu bph. Kalau dikalkulasikan produksi minyak dan gas (migas) Blok Mahakam sekitar 390 ribu barel setara minyak per hari (boepd).

Dengan semakin tuanya Blok Mahakam, bagaimana cara Total menjaga agar target produksi yang ditetapkan pemerintah bisa dicapai?

Memang mengelola lapangan tua tidak sama dengan kelola lapangan yang masih 'gagah'. Kami harus pakai teknologi yang tepat dan aman karena yang keluar dari dalam sumur tidak hanya minyak atau gas, tapi air dan pasir. Yang terpenting, bagaimana memproduksi migas dengan pasir dan air, tapi tetap aman.

Memang berapa rata-rata penurunan produksi migas di Blok Mahakam?

Oh sudah besar. Kalau tidak melakukan apa-apa sudah sekitar 50%-60%. Sumur kami kan banyak, jumlahnya ratusan bahkan ribuan sumur sampai 1.800-an, yang dioperasikan 900 sumur. Sisanya kami monitor, kami lakukan perawatan. Jadi secara rutin dirawat sumur-sumur itu.

Ya maklumlah sudah tua. Perawatannya macam-macam karena seperti yang saya bilang tadi isi sumur bisa macam-macam, tak hanya minyak dan gas. Ada banyak caranya.

Kalau dulu kami bersihkan sumurnya. Kemudian sudah bersih gasnya keluar lagi. Tapi itu mahal dan ketika sumur dibersihkan fasilitas produksi harus di-shutdown (berhenti operasi).

Nah sejak tahun lalu, kami coba running pilot project.  Bagaimana caranya agar air bisa keluar terus dari sumur itu, tapi si gas atau hidrokarbon bisa tetap lancar produksinya tanpa harus shutdown.

Kaya disuntik sama surfaktan supaya dia berbusa, terus keluar. Dengan teknologi ini produksi bisa tetap jalan, tapi airnya dikeluarkan. Itu effort kami untuk menjaga produksi.

Apa ada upaya lain?

Selain itu, kami juga membor sumur-sumur baru untuk menutupi 60% penurunan produksi. Rata-rata kami membor 100 sumur per tahun. Pada tahun lalu sih 106 sumur yang kami bor, tahun ini sepertinya sama 106 sumur.

Beberapa proyek baru juga dikembangkan seperti South Mahakam Fase 1 dan 2, Peciko Fase 7B dan Sisi Nubi dipersiapkan untuk isi penurunan produksi yang 60% tadi supaya turunnya tidak terlalu curam.

Sumur kita jaga, alat-alat produksi juga dijaga agar bisa tetap perform, artinya personil juga harus kompeten.  Dengan begitu, mereka  tahu apa yang harus dilakukan supaya tak ada kondisi emergency di fasilitas produksi.

Dengan seluruh upaya tersebut, sekarang natural decline-nya sudah turun jadi berapa?

Ya sekarang rata-rata 8%. Manusianya kami butuh banyak. Man hours di sini hampir 41,5 juta pada tahun lalu.  Ada 17 ribu-18 ribu pekerja yang  membantu seluruh operasi kami di lapangan.

Keamanan juga harus dijaga, bagaimana seluruh kegiatan operasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena kami mau karyawan Total itu bisa pulang dengan selamat, untuk itu Health Safety and Enviroment (HSE) benar-benar diperhatikan.

Tahun lalu, kami dapat penghargaan paling baik dari seluruh daerah operasi Total di seluruh dunia. HSE ini memang sangat  penting, kalau kami tidak operasikan peralatan dengan cara aman, wah itu bahaya, malah produksinya bisa melambatkan.

Jadi HSE itu memang salah satu kunci yang harus menjiwai seluruh operasi agar tingkat penurunan produksi tidak terlalu curam.

Untuk menjaga produksi, ada banyak sekali, baik eksplorasi yang dilakukan di lapangan eksisting, survei 3D seismik sudah diselesaikan pada tahun lalu. sementara pada tahun ini, kami akan melakukan lagi di Tunu untuk memetakan kembali target-target yang ada di sana.

Yang terpenting, bagaimana cara memproduksi migas dengan teknik yang tepat  agar yang terbaik dan terbanyak yang bisa diangkat.

Khusus untuk sumur eksplorasi kira-kira berapa yang akan dibor?

Pada tahun lalu 3-4 sumur. Tahun ini sepertinya sama. Di South Mahakam dan di lokasi lain sedang dimulai. Ada sumur baru namanya sumur tongkol karena tongkol gede. Semoga hasilnya bagus. Sekarang lagi dibor, mudah-mudahan 3-4 minggu sudah ketahuan.

Untuk ngebor satu sumur butuh waktu berapa lama dan berapa investasinya?

Kita sudah ngebor sumur lebih dari 1.000 sumur, makin lama kami makin pintar. Waktu yang dibutuhkan tergantung tipe atau tekstur sumurnya. Kalau rata-rata 20 hari selesai bor satu sumur.

Kalau uangnya sekitar US$ 6 juta- US$ 8 juta. Kalau yang di lapangan lepas pantai (offshore) itu US$ 20 juta.

Dari lapangan baru yang sedang dikembangkan, apa ada yang sudah berproduksi?

Di South Mahakam saat ini sudah ada lima sumur yang on stream (berproduksi). Produksi lebih cepat dua bulan. Harusnya akhir tahun jadi Oktober 2013.

Sekarang ini produksi gasnya sekitar 130 mmscfd-140 mmscfd, dikirim ke kilang Bontang pakai pipa-pipa yang tersambung langsung ke Bontang.

Semua hasil produksi Blok Mahakam diolah jadi LNG?

Semua gas kami bawa ke Bontang. Tidak semua diekspor dalam bentuk LNG, ada juga dialirkan ke konsumen domestik. Jadi kalau ada yang bilang produksi gas Blok Mahakam diekspor semua, tidak betul itu.

Dari awal, itu kami sudah kasih ke semua industri yang ada di sana sesuai dengan kebutuhan mereka. Ya prinsipnya kan kewajiban negara untuk memenuhi itu sudah kita penuhi,  kami sediakan tapi sejak dari awal sudah kami sediakan.

Berapa dana investasi yang dikucurkan di Blok Mahakam tahun ini?

Sekitar US$ 2,5 miliar-US$ 2,6 miliar per tahun. Itu tidak akan turun, bahkan naik karena kebutuhan operasinya makin besar.

Kalau kontribusi Total ke penerimaan negara berapa?

Kontribusinya ke negara itu sudah hampir Rp 900 triliun. Cukup besar karena kita itu kan produsen gas terbesar di Indonesia.

Soal kontrak Total di Blok Mahakam yang akan berakhir 2017, kenapa Total masih tertarik mengelola blok ini?

Kurang tepat mengatakan tertarik tapi ini soal kejelasan. Blok  inikan milik negara, hanya dikelola oleh Total. Kami sebagai operator yang bertanggung jawab dan kredibel tetap berkomitmen sampai kontrak berakhir pada  2017. Kami minta kejelasan bagaimana kelanjutan dari pengelolaan Blok Mahakam setelah 2017 seperti apa. Sambil menunggu seluruh proyek dan kegiatan operasional  jalan terus.

Kejelasan, sebenarnya esensinya di situ. Kami percaya apapun yang diputuskan pemerintah pasti yang terbaik bagi negara.

Pertamina kan berkeingingan ikut masuk ke pengelolaan Blok Mahakam, apa tanggapan Total?

Kami fine-fine saja kalau kerja sama dengan Pertamina. Tinggal bagaimana keputusan finalnya, sudah banyak opsi yang kami bicarakan dengan Pertamina.

Sebenarnya Total sudah minta kepastian dari pemerintah soal nasib Blok Mahakam?

Oh sudah sejak 2008. Kami sudah mengajukan beberapa opsi, tapi itukan opsi mana yang terbaik ada di pemerintah. Kami welcome kalau Pertamina masuk, hanya bagaimana supaya transfernya berlangsung smooth (mulus) agar produksi Blok Mahakam bisa berlanjut dan semua gas yang ada bisa terangkat semua.

Toh, 98% pekerja Total itu orang Indonesia. Kami ini  multinational company  bukan foreign company. Ini yang ngisi orang Indonesia semuanya saya juga orang Indonesia.

Intinya sampai sekarang kami masih menunggu keputusan pemerintah. Saya yakin apapun keputusannya pasti yang terbaik buat negara.

Menurut Anda, apa yang menjadi hambatan investasi migas di RI?

Ya memang, kan Pak Presiden SBY kemarin sudah bilang, kalau  birokrasi di Indonesia kan heavy ya, dari perusahaan dalam negeri juga keluhannya begitu. Birokrasinya berat, perizinannya berat. Pengusaha inginnya lebih simpel dan perizinan lebih mudah. Berikan iklim investasi yang bisa bersaing dengan negara lain. Kepastian hukum dan rangsangan berupa insentif juga dibutuhkan. Kemudahan dibutuhkan agar kegiatan eksplorasi bisa lebih galak. (Ndw/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini