Sukses

Gara-gara Sampah, Terminal Gas FSRU Jabar Terganggu

Direktur Utama PT Nusantara Regas, Hendra Jaya, mengungkapkan fasilitas regastifikasi (FSRU) Jawa Barat yang mengolah gas alam cair mengalami permasalahan pada sampah yang menggenang di lautan.

Direktur Utama PT Nusantara Regas, Hendra Jaya, mengungkapkan fasilitas regastifikasi atau Floating Regastification Unit (FSRU) Jawa Barat yang mengolah gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) mengalami permasalahan pada sampah yang menggenang di lautan.

"Sampah di Jakarta itu luar biasa, itu bisa menyebabkan problem, kami pasang filter tapi masih (menggangu)," kata Hendra, di Pulau Ayer, Kepulauan Seribu Jakarta, Minggu (26/5/2013).

Hendra menjelaskan, FSRU yang mengelola LNG tersebut harus melakukan pemanasan pada LNG yang bersuhu minus 160 drajat Celcius sebelum dialirkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang. Dalam proses pemanasan yang memanfaatkan air laut, perusahaan harus berhadapan dengan banyaknya sampah yang bisa menggangu proses tersebut.

"Untuk mengangkat air laut terganggu sampah, itu jauh dari perkiraan kita, karena sampah yang begitu banyak. itu menyebabkan beberapa jam terganggu," jelasnya.

Meskipun menghadapi kendala tersebut, anak perusahaan gabungan antara PT Pertamina (persero) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tetap menjaga operasinya. Sejak beroperasi 24 Mei 2012 sampai saat ini, Nusantara Regas tidak pernah berhenti beroperasi.

"Kami anggap dari bagian teknis yang dihadapi, ibarat mobil ada periode yang terjadi ganguan, tapi semuanya rata-rata sesuai 99,7% (beroperasi) kita maunya 100%. kita tetap menjaga dalam range yang dikehendaki," tuturnya.

Dari beroperasinya FSRU Jawa Barat 24 Mei 2012 hingga 30 April 2013, perusahaan mengklaim telah menghemat Anggaran Pendapatan Belanjan Negara sebesar Rp 6 triliun. Pada periode tersebut  Nusantara Regas telah menyalurkan gas sebesar 53,38 mmbtu atau setara dengan 1,5 juta kiloliter yang berasal dari FSRU Jawa Barat.

"Maka penghematan APBN setara dengan Rp 6 triliun, dengan kurs Rp 9500," pungkas Hendra. (Pew/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.