Sukses

RI Siap Buka Pintu Buat Rolls Royce Bangun Pabrik Mesin Pesawat

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengaku siap mendukung penuh perusahaan raksasa asal Inggris, Rolls Royce untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan membangun pabrik pengolahan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengaku siap mendukung penuh perusahaan raksasa asal Inggris, Rolls Royce untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan membangun pabrik pengolahan. Rolls Royce merupakan perusahaan mobil mewah dan pembuat mesin pesawat terbang.

"Investasi Rolls Royce kami akan dorong untuk produksi mesin pesawat. Karena mesin pesawat sudah bisa untuk power plant (pembangkit listrik)," ujar dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (31/5/2013).

Saat ini, menurut Hatta, sejumlah perusahaan sudah mengembangkan aero derivatif untuk pembangkit listrik yang menggunakan marjinal gas di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah terpencil dan salah satunya mesin pesawat.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana sebelumnya mengaku Rolls Royce menyatakan minatnya untuk membangun pabrik pengolahan di Indonesia.

Namun perusahaan tersebut mengajukan dua syarat agar dapat merealisasikan niatnya tersebut. Pertama, Indonesia harus mempunyai kejelasan mengenai peraturan dan birokrasi sehingga dapat mendukung iklim usaha.

Syarat kedua, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal supaya mampu mendorong peningkatan industri pengolahan.

Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri membenarkan pernyataan Hatta terkait minat Rolls Royce untuk fokus pada produksi mesin pesawat terbang.

"Iya betul, tapi mereka bukan mau bangun pabrik mobil, tapi produksi engine di pesawat terbang. Karena pasar pesawat terbang di Indonesia luar biasa besar khsusunya untuk sparepart mesin dan sebagainya. Tapi belum bisa bilang potensi investasinya," jelas dia di Kementerian Keuangan.

Meski tak menyebutkan angka investasi Rolls Royce di tanah air, namun Deputi Menko Perekonomian Bidang Hubungan Kerjasama Luar Negeri, Rizal Affandi Lukman menyebut untuk membangun pabrik pengolahan biasanya investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 2 miliar.

"Kurang lebih sekitar US$ 2 miliar. Tapi tentu saja pemerintah akan memberikan insentif, yang memang besarannya saat ini tengah direlaksasi pemerintah," tambahnya.(Fik/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini