Sukses

RI Kaji Penerbitan Australia Bond Pertama Kali Tahun Depan

Pemerintah tengah mengkaji opsi penerbitan surat utang berdenominasi dolar Australia (Australia Bond).

Pemerintah tengah mengkaji opsi penerbitan surat utang berdenominasi dolar Australia (Australia Bond). Jika pasar menyambut positif, kangaroo bond ini berpeluang rilis pada tahun depan.

"Karena Indonesia belum pernah atau pertama kalinya berniat menerbitkan Australia bond, maka harus dijajaki dulu pasarnya seperti apa," tutur Direktur Strategi Portopolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan, Schneider Siahaan di Jakarta, seperti ditulis Kamis (11/7/2013).

Opsi tersebut merupakan upaya pemerintah dalam mencari dana segar dengan melihat potensi pasar yang selama ini lebih didominasi global bond (surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat/AS) dan rupiah bond.

"Kalau pasar satu tertutup kan bisa belanja ke pasar lain. Bila potensinya besar, mungkin bisa terbit tahun depan," ucap Scheneider.

Terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengaku, Australia bond menjadi salah satu alternatif sumber investasi yang masih belum terjamah oleh global maupun rupiah bond.

"Target pertama, kami coba rangkul mereka jadi investor di surat utang dolar AS sebelum menuju Australia bond. Tapi opsi itu tidak boleh ditutup karena kami harus lihat potensinya dulu," jelasnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Investor global bond, kata Bambang, bukan saja mengandalkan yang berasal dari AS, melainkan juga investor dari Eropa dan Asia Timur.

"Kalau memang kangaroo bond cukup besar potensinya, baru tahap selanjutnya memikirkan perlu tidak menerbitkan global bond bermata uang dolar Australia," tukas dia.

Di sisi lain, pemerintah sedang melakukan book building dari global bond yang diterbitkan Indonesia di pasar AS dan Asia.

"Untuk pasar Amerika bakal digelar malam ini waktu Indonesia dan hasilnya akan cukup besar. Tapi saya belum tahu besarannya berapa," imbuh Plt Dirjen DJPU, Robert Pakpahan.

Dia melanjutkan, yield indikatif yang ditawarkan sebesar 5,45% dengan tenor 10 tahun. "Diharapkan yield bisa lebih rendah dari itu supaya lebih bagus," pungkasnya. (Fik/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini