Sukses

Indonesia Susah Keluar dari Jebakan Kelas Menengah

Indonesia tercatat sudah seperempat abad masuk dalam kelompok negara dengan pendapatan menengah-bawah

Indonesia saat ini dianggap tengah menghadapi risiko besar karena sudah seperempat abad lamanya berada dalam kelompok negara dengan pendapatan kelas menengah. Indonesia bahkan dipastikan akan terperangkap dalam tiga tahun ke depan akibat terjebak oleh tekanan terhadap nilai tukar, neraca perdagangan dan anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Untuk naik kelas di tahun 2016, Indonesia harus bertumbuh sebesar 15% per tahun padahal 10 tahun sejak era milenium reratanya hanya sebesar 4%," kata Head of Research KSK Financial Group,David Cornelis dalam analisanya, seperti dikutip Rabu (1/1/2014).

Ironisnya, ujar David, Menteri Keuangan Chatib Basri malah menargetkan pertumbuhan ekonomi tidak boleh di atas 6% dalam beberapa tahun mendatang. Keputusan ini diambil seiring kebijakan moneter ketat untuk melawan defisit transaksi berjalan. Target pertumbuhan kredit perbankan pun juga ditekan hingga hanya sekitar 16% di tahun 2014. "Adapun angka tersebut ekuivalen dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% saja," ungkapnya.

KSK Financial Group mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu di atas 6% selama 3 tahun terakhir. Awal 2013, pemerintah optimistis menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, namun yang mungkin terealisasi di akhir tahun malah minus 1% dari target, menjadi 5,8%.

Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan relatif konstan sekitar 0,2% per kuartal, dari 6% di kuartal I kemudian menurun menjadi 5,8% di kuartal II, dan menjadi 5,6% di kuartal III. "Jika kuartal terakhir ini di 5,4%, maka reratanya bisa sekitar 5,7% secara tahunan, selisih jauh sekitar 0,4% dari ramalan IMF yang hanya di 5,3%," kata David seraya menambahkan prediksi IMF di kuartal IV-2013 ini hanya akan bertumbuh sekitar 3,8%.

Melihat kondisi yang terjadi, David menilai, pemerintah seharusnya jangan hanya ‘menendang kaleng’ defisit dengan menaikkan BI Rate, yang sudah naik sebesar 1,75% dalam 6 bulan, setelah sempat ditahan di level 5,75% selama 16 bulan sebelumnya.

"Pemerintah bukan Scheherazade, yang mencoba bertahan dengan menuturkan cerita bersambung, karena setelah lewat 1001 malam ke depan pun rasanya sukar untuk keluar perangkap dari kelompok negara kelas menengah," kata David.(Shd)

Baca Juga

Kapan Indonesia Keluar dari Jebakan Kelas Menengah?

RI Belum Masuk Jebakan Kelas Menengah?

RI dan Emerging Market Jadi Penguasa Ekonomi Dunia 2030

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.