Sukses

Jangan Harap Rupiah Membaik Jika Impor BBM Tinggi

Gubernur BI mengeluarkan pendapat yang cukp keras terkait masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Apa kritikannya?

Bank Indonesia (BI) mengimbau Indonesia tak bisa berharap terlalu tinggi terhadap perbaikan nilai tukar rupiah selama impor minyak masih tinggi. Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) selama ini telah memicu defisit neraca pembayaran Indonesia yang tak kunjung menunjukkan angka surplus.

Defisit neraca pembayaran yang masih cukup lebar inilah yang pada akhirnya mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. "Jangan harapkan nilai tukar membaik kalau impor minyak masih sebesar itu," ungkap Gubernur BI, Agus Martowardojo saat ditemui di kompleks BI, Jakarta, Jumat (3/1/2014).

Agus mengimbau pemerintah untuk lebih selektif dalam mengeluarkan kebijakan terkait impor. Bank sentral menilai masih banyak impor yang dilakukan dengan tujuan kurang efektif dalam menjaga pertumbuhan ekonomi negara.

"Kalau impor dikarenakan impor barang untuk investasi itu sesuatu yang baik, tapi yakinkan bahwa itu untuk betul-betul memberikan manfaat sehigga nanti tidak menjadi sesuatu yang melemahkan Indonesia," tegas Agus.

Tidak hanya minyak, BI juga mengungkapkan penyebab pelemahan rupiah imbas defisit neraca pembayaran terjadi karena masih tingginya adalah impor bahan pangan. Komodita sini mampu memberikan peluang defisit neraca transaksi perdagangan Indonesia yang kembali membesar.

"Jangan harapkan juga satu nilai tukar yang membaik kalau potensi terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan yang bgitu besar. Ini harus dilihat," cetus mantan Menteri Keuangan itu.

Melihat persoalan yang muncul, Agus mengajak agar pemangku kepentingan untuk meningkatkan kemandirian bangsa Indonesia melalui reformasi struktural.

"Ayo kita perbaiki neraca kita, karena impor minyak masih besar, kita perbaiki neraca pangan, kita perbaiki infrastruktur, kita tingkatkan kemandirian ekonomi nasional, kita juga bangkitkan kesempurnaan sistem pembiayaan ekonomi nasional, itu kalau kita rangkum menjadi satu reformasi struktural," pungkasnya. (Yas/Shd)

Baca Juga

Rupiah Melemah Imbas Membaiknya Ekonomi AS

Hatta Rajasa: Era Dolar Murah Sudah Tamat

Sentuh 12.250/US$, Rupiah Masih Loyo di Awal 2014

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.