Sukses

Komoditas CPO Masih Jadi Andalan Ekspor Indonesia

Minyak kelapa sawit menjadi komoditas utama ekspor. Nilai ekspor minyak kelapa sawit capai US$ 11,54 miliar hingga triwulan III 2013.

Minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) menjadi salah satu komoditas utama yang mendorong peningkatan ekspor Indonesia pada Januari-November 2013. Nilai ekspor CPO sendiri hingga triwulan III 2013 mencapai US$ 11,54 miliar.

Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengatakan, peningkatan ekspor CPO secara signifikan ini dilihat ada dua variabel. Pertama yaitu pemberlakuan Harga Patokan Ekspor (HPE) yang saat ini telah mulai didominasi dengan penggunaan bursa komoditas Indonesia.

"Yang mendukung kenaikan ekspor CPO, secara konsisten sebenarnya sejak September, yang pertama pemberlakuan HPE yang korelasi dengan harga dari bursa (komoditas) di Indonesia sebesar 60% sedangkan 20% dari bursa malaysia dan 20% dari bursa komoditas Rotterdam," ujar Gita di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat (3/1/2014).

Menurut Gita, dengan 60% harga jual CPO berpatokan pada bursa komoditas Indonesia hal ini akan mengkristalisasi nilai CPO tersebut seperti apa yang sudah terjadi pada komoditas timah.

"Untuk timah sudah menggunakan 100% bobotnya dari harga di bursa berjangka untuk eksportasi timah, tapi kalau untuk cpo 60% dan ini sudah kelihatan kelaikan harga, itu variabel pertama," lanjut Gita.

Sedang variabel kedua, yaitu penguatan permintaan CPO dari tiga negara besar yaitu China, India dan Pakistan juga turut berperan besar dalam peningkatan ekspor CPO tersebut.

Gita menjelaskan, China merupakan pasar tradisional bagi Indonesia yang sangat membutuhkan CPO. Sehingga dengan pemulihan ekonomi di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang maka kebutuhan terhadap produk China akan meningkat.

"Peningkatan produksi dinegara China akan membutuhkan produk-produk dari Indonesia yang sifatnya primer. Ini cukup baik karena membuahkan surplus non migas," tutur Gita.

Sedangkan untuk Pakistan, peningkatan volumenya ekspor CPO ke negara tersebut terjadi lantaran adanya perjanjian kerjasama perdagangan bebas bilateral antara Indonesia dengan Pakistan atau Preferential Trade Agreement (PTA).

"Ditandatanganinya PTA dengan Indonesia yang sudah ratifikasi beberapa bulan yang lalu dan sudah berjalan. Jadi Pakistan bukan cuma membutuhkan sawit dari Indonesia tetapi Pakistan merupakan mulut negara dibelakangnya seperti Afganistan, Iran yang membutuhkan produk kelapa sawit dari Indonesia," tandas Gita. (Dny/Ahm)


Baca Juga:

Hal yang Perlu Dipersiapkan Pemerintah Sambut MEA di 2015

RI Bisa Libas Malaysia Sebagai Penentu Harga CPO Dunia

Tarif Ekspor CPO Turun, RI Siap Tantang Kembali Malaysia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini