Sukses

Kuartal I-2014 Titik Krusial Bagi Perekonomian Indonesia

Pengusaha menilai kuartal I-2014 merupakan titik krusial bagi perekonomian Indonesia.

Pengusaha menilai kuartal I-2014 merupakan titik krusial bagi perekonomian Indonesia. Itu karena kuartal pertama merupakan penentu pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun ini.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Franky Sibarani, menilai selama kuartal I, pemerintah masih bisa fokus membenahi perekonomian nasional untuk bisa mencapai pertumbuhan yang baik di tahun ini.

Sementara pada kuartal berikutnya, pemerintah dipastikan sibuk mengurusi Pemilihan Umum Legislatif maupun Presiden sehingga tidak akan fokus mengurusi perekonomian nasional.

"3 bulan ini merupakan saat krusial, ekonomi nasional sukses atau tidak di 2014. Sebab setelah triwulan pertama perhatian DPR akan teralihkan dan banyak kebijakan yang tertunda karena ada pemilu," ujar  Sabtu (4/1/2013).

Kebijakan-kebijakan yang tertunda tersebut akan membuat program untuk menggenjot perekonomian nasional terhalang. Ditambah, biasanya terjadi perubahan tampuk pimpinan di jajaran pemerintah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Dia pun meminta pemerintah dengan serius berupaya menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional selama kuartal pertama di tahun ini.

Meski dia menilai jika menilik berbagai hal saat ini banyak kebijakan pemerintah yang kontra produktif dengan upaya peningkatan daya saing produk nasional yang akan mempengaruhi perekonomian makro nasional.

Dia mencontohkan kebijakan kenaikan tarif listrik bagi indstri besar yang dilakukan pemerintah mulai 1 Januari 2014 ini. Seperti diketahui, golongan pengguna listrik I3 akan mengalami kenaikan tarif secara bertahap sebesar 8,6%. Sedangkan I4 akan mengalami kenaikan secara bertahap 13,3 %. Kemudian besaran untuk I3 yakni 8,6% dan I40 sebesar 13,3% per kuartal.

Selain listrik, kebijakan pemerintah lain yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti kenaikan upah buruh
dan harga elpiji 12 kilogram (kg).

"Kalau lihat dari sisi industri, pemerintah banyak pekerjaan  karena banyak kebijakannya yang kontraproduktif dengan peningkatan daya saing nasional," tegas dia.(Nrm)



tidak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.