Sukses

Meski Ada 2 Juta Lowongan Kerja, Penduduk Eropa Banyak Menganggur

Kurangnya kemampuan dan keahlian penduduk Eropa membuat jumlah pengangguran meningkat meski lowongan kerja baru banyak tercipta.

Polemik peningkatan jumlah pengangguran di kawasan Eropa tercatat semakin parah dan nyaris menyentuh level tertingginya. Ironisnya, persoalan itu justru terjadi di tengah terciptanya banyak lowongan pekerjaan baru di kawasan tersebut khususnya di bidang teknologi.

Seperti melansir laman CNBC, Senin (6/1/2014) dalam sebuah studi yang dirilis Badan Statistik Uni Eropa, Eurofound pada November, sekitar 2 juta lowongan pekerjaan di kawasan Uni Eropa masih tidak terisi. Seluruh lowongan pekerjaan tersebut terbuka lebar dari sektor perhotelan hingga pemrograman komputer.

Dalam hasil penelitiannya, lembaga resmi tersebut menunjukkan hampir dari 40% perusahaan di Eropa mengaku kesulitan menemukan pegawai dengan kemampuan dan keahlian yang tepat.

Memang benar, perusahaan-perusahaan multinasional seperti Microsoft, PayPal, dan Fujitsu menyediakan ribuan lowongan pekerjaan baru di negara-negara Eropa lainnya terpaksa harus merekrut pegawai dari negara lain. Hal itu karena penduduk Eropa tidak memiliki keahlian yang diperlukan perusahaan.

Maklum, setelah lima tahun menderita krisis ekonomi, ketidaksesuaian kualifikasi dan kemampuan kerja menjadi salah satu masalah paling pelik yang dihadapi Irlandia serta negara-negara Eropa lainnya.

Ratusan ribu pekerja kehilangan pekerjaannya dan banyak tenaga kerja muda yang memasuki dunia kerja berhadapan dengan kenyataan pahit bahwa kemampuannya tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan perusahaan.

"Di semua negara Eropa, telah diprediksi bahwa banyak pekerjaan baru yang diciptakan menuntut pengetahuan ekonomi yang intensif. Kami melihat adanya ketidaksesuaikan kemampuan yang parah dan menunjukkan bahwa para pengangguran tidak siap bersaing untuk mengisi guyuran lowongan pekerjaan yang tersedia," ungkap ekonom tenaga kerja senior di Oganization for Economic and Development, Glenda Quintini.

Sejumlah atasan di perusahaan besar telah lama mengeluhkan banyaknya lulusan perguruan tinggi di kawasan Eropa yang tidak memiliki kemampuan yang diperlukannnya.

Namun dalam laporan terbaru International Labor Organization (ILO) mengingatkan bahwa kurangnya kemampuan dan keahlian penduduk Eropa dapat memperburuh peningkatan tenaga kerja di tengah kebangkitannya paska krisis. Penduduk Eropa menerima hantaman ekonomi yang keras mulai dari sektor konstruksi hingga keuangan.

Selain itu, jumlah sarjana yang mampu menembus lowongan pekerjaan di bidang ilmiah, teknisi atau teknologi masih terlalu sedikit. Padahal pasar tenaga kerja berbasis inovasi tersebut tengah sangat berkembang saat ini.

Sementara itu, tingkat pengangguran Eropa tercatat terus meningkat hingga lebih dari 12%. ILO menegaskan, kurangnya kemampuan dan keahlian kerja penduduk Eropa dapat melemahkan efektivitas kebijakan pemerintah untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.(Sis/Ahm)

Baca Juga:

Awali Tahun Baru, Negara Ini Mengganti Mata Uangnya


Sampai 2028, China Tak Bakal Bisa Kalahkan Ekonomi AS


10 Negara dengan Ekonomi Terbaik di 2030 (I)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.