Sukses

Pembangunan Terfokus di Jawa, Apa Kabar Indonesia Timur?

Sejak zaman Belanda, struktur pembangunan masih didominasi Pulau Jawa sebagai urat nadi perekonomian Indonesia.

Wilayah Indonesia yang sangat luas membuat pemerintah kesulitan menyeimbangkan pembangunan infrastruktur secara merata di seluruh daerah. Sejak dulu, struktur pembangunan masih didominasi Pulau Jawa sebagai urat nadi perekonomian Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data bahwa struktur perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2013 masih dikuasai kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,78%. Disusul Pulau Sumatera 23,83%, Pulau Kalimantan 8,52%, Pulau Sulawesi 4,90% dan sisanya di provinsi lain.

"Penyumbang PDB terbesar di Pulau Jawa adalah DKI Jakarta 16,72%, Jawa Timur 14,87% dan Jawa Barat 14,17%. Sedangkan di Pulau Sumatera ada Riau dengan kontribusi 6,96%, Sumatera Utara 5,35% dan Sumatera Selatan 3,06%," kata Kepala BPS Suryamin saat Paparan Pertumbuhan Ekonomi di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2/2014).

Sedangkan dari kegiatan-kegiatan sektornya, tambah dia, sektor primer (pertanian dan pertambangan) lebih diperankan oleh Luar Pulau Jawa.

Sementara sektor ekunder (industri, listrik, gas, air bersih dan konstruksi) serta sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa) masih terkonsentrasi di Jawa dengan prosentase masing-masing 66,08% dan 66,11%.

Kondisi ini, menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suharyanto, terjadi akibat struktur pembangunan yang tidak merata antara Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa.

"Dari dulu fokus pembangunan ada di Pulau Jawa saja. Pemerintah bilangnya memikirkan Indonesia Timur, tapi tidak kelihatan (hasilnya)," tegasnya.

Ketimpangan tersebut, kata dia sudah terlihat sejak lama. Di mana Pulau Jawa selalu menguasai pembangunan lebih dari 50%.

"Sejak zaman Belanda, strukturnya memang sudah begitu. Share-nya selalu di atas 50% untuk porsi pembangunan di Pulau Jawa. Jadi sangat tinggi kan," tandas Suharyanto. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.