Sukses

Inflasi Rendah, Harga BBM Layak Naik di November

Isu kenaikan harga BBM bersubsidi di November 2014 santer terdengar saat Tim Transisi Jokowi-JK Luhut Pandjaitan menghembuskan wacana itu.

Liputan6.com, Jakarta - Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November 2014 mulai santer terdengar saat Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Luhut Pandjaitan menghembuskan wacana tersebut. 
 
Tim transisi menyebutkan, harga BBM bersubsidi akan naik sebesar Rp 3.000 per liter mulai November mendatang. Pernyataan ini langsung ditanggapi sejumlah kalangan termasuk pengamat yang sudah mulai menghitung penghematan maupun dampak inflasinya. 
 
Dalam penilaian Badan Pusat Statistik (BPS), tak perlu ada kekhawatiran jika pemerintah mengambil kebijakan strategis menyesuaikan harga BBM di bulan kesebelas ini. Pasalnya tren inflasi pada November kecenderungan relatif rendah. 
 
"Tren inflasi September, Oktober, November dari pengalaman beberapa tahun ini tidak ada lagi yang dikhawatirkan. Sebab momen puasa dan lebaran, tahun ajaran baru sudah lewat, cuma tinggal musim saja yang harus diperhatikan. Jadi tak perlu khawatir ," jelas Kepala BPS, Suryamin usai membuka Seminar Nasional Ikatan Perstatistikan Indonesia di Jakarta, Jumat (19/9/2014). 
 
Terkait perhitungan tambahan inflasi yang diperkirakan dua persen, dia justru menyangsikannya. Menurut Suryamin, sumbangan inflasi dari kenaikan harga BBM belum tentu sekira dua persen meski bahan bakar subsidi banyak disedot untuk sub sektor ekonomi, seperti pertanian, manufaktur, proses produksi. 
 
"Tapi ini bisa dihambat dengan suplai dari komoditas lain. Yang bisa menekan inflasi kenaikan harga BBM adalah suplai bahan pangan, distribusi lancar supaya harga naiknya nggak drastis," jelasnya.   
 
Saat ini, diakui dia, pemerintah harus memperhatikan musim kemarau supaya stok tetap aman. Ketersediaan suplai komoditas bahan pangan akan menutupi tambahan inflasi dari penyesuaian harga BBM. 
 
"Musim kering akan panjang seperti apa, belum bisa diperkirakan akan gawat. Musim nggak bisa diprediksi, makanya pemerintah sudah mencadangkan stok beras yang diatur Bulog. Kalau musim kurang bagus, panen tidak berhasil, Bulog keluarkan stok beras," terang Suryamin. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini