Sukses

Harga Minyak Turun, Pengusaha Maskapai Tak Nikmati Untung Besar

Meski harga minyak dunia turun, para pengusaha maskapai penerbangan di Asia ternyata tidak mendapatkan keuntungan besar.

Liputan6.com, New York - Dengan harga minyak yang terus merosot dalam tujuh bulan terakhir dan berkutat di kisaran US$ 48 per barel, para pengusaha maskapai penerbangan di Asia ternyata tidak mendapatkan keuntungan besar.

Konsultan penerbangan CAPA, Brendan Sobie menjelaskan, harga minyak yang terus turun memang dapat meningkatkan laba maskapai hingga sekitar US$ 5 miliar - US$ 25 miliar tahun ini.

Tapi laba dari setiap penumpang ternyata sangat rendah, hanya sekitar US$ 1 hingga US$ 7. Itu lantaran ketatnya persaingan maskapai penerbangan murah di kancah internasional.

Mengutip laman CNBC, Rabu (28/1/2015), awal tahun ini, Australian Competition and Consumer Commission mengungkapkan akan melakukan investigasi terhadap sejumlah maskapai yang diduga memanfaatkan konsumen melalui tambahan biaya bahan bakar pada harga tiket pesawat penumpang.

Perusahaan pengamat penerbangan lain ChoiceAustrali juga mengkritisasi sejumlah maskapai yang melakukan kecurangan demi mendapatkan harga tiket yang lebih mahal.

"Banyak orang berpikir rendahnya harga minyak akan sangat mempengaruhi tarif dasar tiket pesawat. Selama ini maskapai hanya menggunakannya sebagai taktik komunikasi selama perang tiket pesawat murah," terang Choice Australia.

Keputusan Qantas Airways untuk memangkas biaya bahan bakar dari harga tiket pesawat muncul sehari setelah AirAsia memberikan penjelasannya terkait harga minyak.

"Mengurangi biaya bahan bakar dan mengurangi biaya tiket pesawat tentu akan menjadi dorongan terbesar untuk industri pariwisata," tutur pihak manajemen AirAsia.

Sejumlah maskapai di Filipina dan Cebu Air juga mengurangi biaya bahan bakar pada tiket pesawat bulan lalu. Sementara maskapai China dan Eva Airways mengurangi biaya bahan bakar pada tiket pesawat 40 persen dalam enam bulan terakhir.

Berbeda dengan maskapai lain, Singapore Airlines mengumumkan akan terus melanjutkan memasang biaya bahan bakar pada harga tiket pesawat. Harga tiket pesawat Singapore Airlines memang tertinggi di Asia.

"Harus dicatat bahwa harga minyak telah turun dalam beberapa bulan terakhir, pengenaan biaya bahan pada tiket pesawat telah memberikan dorongan biaya operasional yang tinggi," ungkap manajemen Singapore Airlines.

PT Garuda Indonesia (Persero) juga tidak berencana untuk menurunkan harga tiket pesawatnya. Chief Financial Officer Garuda Arif Wibowo mengatakan, hanya sedikit insentif yang diperoleh jika memangkas harga tiket pesawat di saat para pesaingnya seperti Singapore Airlines dan Korean Airlines tak mengubah tarifnya meski harga minyak turun.

"Jika mereka memasang harga tinggi, kenapa kita harus menurunkan harga? Kita juga harus melihat kondisi persaingan pasar," katanya. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.