Sukses

Pengamat: BI dan Pemerintah Perlu Koordinasi Jaga Rupiah

Salah satu cara untuk menjaga nilai tukar rupiah dengan lindung nilai/hedging, tetapi belum banyak dilakukan perusahaan swasta.

Liputan6.com, Jakarta - Dolar cenderung menguat terhadap mata uang emerging market termasuk rupiah sehingga mendorong rupiah tembus level 13.000.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih menuturkan,  kondisi nilai tukar rupiah melemah sekarang memang berbeda dengan tahun 1998. Meski level rupiah tembus 13.000 per dolar AS, daya beli masyarakat Indonesia masih baik dibandingkan tahun 1998. Hal ini menunjukkan ekonomi Indonesia masih kuat.

Meski demikian, Lana mengingatkan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah perlu koordinasi untuk membuat gerak rupiah stabil. Koordinasi itu mulai dari mendorong penggunaan rupiah untuk transaksi pembayaran. Saat ini ada sejumlah pembayaran transaksi dalam negeri yang menggunakan dolar.

Lana mencontohkan, pembayaran ongkos naik haji (ONH) plus yang harus menggunakan dolar mendorong masyarakat memborong dolar di waktu tertentu.

Selain itu, masalah kredibilitas pemerintah. "Pemerintah harus tunjukkan kredibilitas termasuk uang. Kalau nilai suatu aset turun termasuk uang maka kecenderungannya orang jadi malas pegang aset itu," kata Lana, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Minggu (8/3/2015).

Karena itu, Lana mengingatkan agar BI koordinasi dengan pemerintah soal lindung nilai atau hedging. Pemerintah perlu mendorong suatu tindakan tegas agar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta lakukan hedging.

"Hedging itu sangat menolong. Memang kalau BUMN sudah ada kesepakatan untuk hedging tetapi swasta juga banyak utang luar negerinya. Ini perlu dukungan pemerintah juga," kata Lana.

Ia menambahkan, tekanan rupiah juga akan cenderung tinggi ke depan. Hal itu mengingat persiapan perusahaan untuk menyiapkan bahan baku saat Lebaran. "Puasa mulai sekitar Juni. Biasanya 3 bulan sebelumnya perusahaan sudah antisipasi, permintaan dolar akan lebih tinggi" kata Lana.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR),sejak akhir Desember 2014, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah depresiasi sekitar 4,3 persen. Rupiah sempat berada di kisaran 12.440 pada 31 Desember 2014. Level terendah rupiah di awal 2015 berada di kisaran 13.002 pada 5 Maret 2015. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini