Sukses

Harga Minyak Susut Dipicu Penguatan Dolar AS

Ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun mendorong dolar menguat ke posisi tertinggi dalam beberapa tahun

Liputan6.com, New York - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) mengirim harga minyak melemah tajam pada Rabu (11/3/2015) ini, di mana posisi harga minyak Brent jatuh lebih dari minyak mentah AS.

Ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun mendorong dolar menguat ke posisi tertinggi dalam beberapa tahun, dan membuat komoditas minyak dalam mata uang ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Brent, patokan minyak dunia di London diperdagangkan, menetap hampir 4 persen lebih rendah. Di New York, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun lebih dari 3 persen, tertekan dolar yang menguat dan ekspektasi bahwa data pemerintah akan menunjukkan rekor tertinggi dalam persediaan minyak mentah AS pekan lalu.

Harga minyak Brent menetap di posisi US$ 58,39 per barel, turun US$ 2,14, dan minnyak mentah AS di sesi US$ 48,29 atau jatuh US$ 1,71 per barel, melansir laman Reuters.

American Petroleum Institute (API), kelompok industri minyak AS, mengatakan berdasarkan data dari anggotanya, menunjukkan penurunan persediaan lebih dari 400.000 barel untuk pekan lalu. [API / S]

Data API adalah prekursor nomor stockpile resmi jatuh tempo pada Rabu dari Administrasi Informasi Energi pemerintah AS. Survei Reuters sendiri panggilan untuk membangun saham dari 4,4 juta barel untuk pekan yang berakhir 6 Maret.

"Kekuatan dollar menciptakan headwinds tak terduga untuk minyak. Brent terutama adalah mengambil lebih sulit daripada WTI dan orang bersantai dan mengambil keuntungan pada keduanya," kata Tariq Zahir, Tyche Capital Advisors di Laurel Hollow, New York.

Harga minyak WTI turun kurang dari Brent usai para pemain bertaruh adanya penyempitan lebih lanjut dari diskon harga untuk patokan London setelah perkiraan pembangunan di Cushing, Oklahoma yang menjadi titik pengiriman minyak mentah AS ke seluruh negeri.

Antara Juni dan Januari, harga minyak mentah turun 60 persen di tengah kekhawatiran membanjirnya pasokan dan penolakan Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya untuk memangkas produksi. Bulan lalu, Brent stabil di sekitar $ 60 dan minyak mentah AS pada sekitar $ 50.

Raja Saudi Salman mengatakan pada hari Selasa kerajaannya akan melanjutkan eksplorasi minyak dan gas meskipun terjadi penurunan harga. (Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini