Sukses

Jadi Tumpuan Ekonomi Dunia, AS Sindir 4 Negara Ini

Amerika Serikat (AS) ikut mengkhawatirkan ramalan pertumbuhan ekonomi global yang akan kian melemah dalam beberapa tahun ke depan.

Liputan6.com, New York - Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) ikut mengkhawatirkan ramalan pertumbuhan ekonomi global yang akan kian melemah dalam beberapa tahun ke depan.

Pemerintahan Presiden AS Barack Obama menjelaskan, Jerman, China, Jepang dan Korea Selatan merupakan empat negara yang menjalankan surplus perdagangan besar yang perlu bertindak lebih banyak guna melawan pelemahan pertumbuhan ekonomi global.

Mengutip laman ABC News, Jumat (10/4/2015), bicara mengenai masalah mata uang, pemerintah AS menahan diri untuk tidak menyebut negara lain sebagai manipulator. Pemerintah AS juga mengatakan, mata uang China masih belum signifikan menguat serta mengeluhkan upaya Korea Selatan yang melemahkan mata uangnya.

Dunia tidak dapat terus bergantung pada Amerika Serikat untuk menjadi tumpuan berbagai tuntutan dunia. AS mendesak negara-negara lain untuk menggunakan semua alat yang tersedia guna mempercepat pertumbuhan dan tidak hanya mengandalkan bank sentral untuk meningkatkan ekonominya.

Laporan pemerintah Obama diprediksi akan menjadi dasar diskusi pada pertemuan keuangan global G20 yang pekan depan digelar di Washington.

Laporan tersebut juga mencatat pemerintah China yang mampu membuat kemajuan nyata dengan meningkatkan nilai tukarnya selama enam bulan terakhir.

Sejumlah produsen AS berpendapat, kemajuan tersebut sampai saat ini masih terbilang kecil dan mata uang Cina tetap undervalued senilai 40 persen terhadap dolar. Kondisi itu membuat produk AS lebih mahal di China dan barang-barang China menjadi murah bagi konsumen Amerika.

Bagian administrasi kenegaraan wajib melaporkan kepada Kongres setiap enam bulan sekali mengenai temuan negara yang memanipulasi mata uang demi memperoleh keuntungan perdagangan yang tidak adil. Temuan manipulasi mata uang akan memicu pembicaraan dengan negara-negara lain dan akhirnya dapat memicu sanksi perdagangan AS.

Pemerintah Obama menegaskan, dolar yang kuat adalah kepentingan AS. Tapi pada saat yang sama, kondisi itu justru menekan negara-negara lain untuk meningkatkan permintaan domestiknya sendiri.

"Berbeda dengan kinerja AS yang solid, pergerakan ekonomi global justru mengecewakan dan tetap menjadi kekhawatiran banyak pihak. Bukan hanya pertumbuhan global gagal yang perlu dipercepat, tapi ada kekhawatiran tentang komposisi pertumbuhan global yang semakin tidak seimbang," terang laporan yang dirilis pemerintahan Obama.

Di Eropa, pemerintah memuji tindakan tegas yang diambil Bank Sentral Eropa untuk mendukung pertumbuhan dan memerangi inflasi yang lemah. Meski begitu, kebijakan-kebijakan ekonominya masih perlu diperkuat seperti Jerman yang diminta untuk memanfaatkan berbagai cara seperti belanja pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.