Sukses

Top 5 Bisnis: Pola Penerimaan PNS Diubah

Proses seleksi tidak lagi didasarkan pada pengerahan atau usulan yang sifatnya kuantitatif, tetapi pada kebutuhan objektif instansi.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) akan mengubah pola penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari sebelumnya berbasis hanya proses seleksi (recruitment) menjadi sesuai dengan kebutuhan (requirement).

"Proses seleksi tidak lagi didasarkan pada pengerahan atau usulan yang sifatnya kuantitatif, tetapi pada kebutuhan objektif instansi yang secara kualitatif akuntabel," kata Menteri PAN RB Yuddy Chrisnandi.

Yuddy pun meminta instansi daerah merapikan pola kebutuhan formasi pegawai. Kemudian menyampaikannya secara online di e-informasi.

"Saya harap para Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) segera menyampaikan desain dan analisis kebutuhan pegawai untuk lima tahun ke depan, berdasarkan kebutuhan objektif melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja. Kirimkan melalui e-formasi," jelasnya.

Informasi mengenai perubahan pola penerimaan PNS menjadi artikel yang paling menarik minat pembaca. Tak hanya itu, artikel lainnya yang menarik yaitu semakin tersungkurnya nilai tukar rupiah yang sudah mendekati 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dan cara orang sukses habiskan masa muda. 

Berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com edisi Jumat, 21 Agustus 2015:

1. Pemerintah Ubah Kriteria Penerimaan PNS

Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) akan mengubah pola penerimaan PNS dari sebelumnya berbasis hanya proses seleksi (recruitment) menjadi sesuai dengan kebutuhan (requirement).

2. Ini Biang Kerok Rupiah Tersungkur

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin jatuh lebih dalam hingga menyentuh level 13.917 pada Kamis pekan ini. Tekanan ini berasal dari faktor eksternal maupun internal, mulai dari spekulasi tertundanya kebijakan kenaikan suku bunga The Fed, perang mata uang sampai kisruh Kabinet Kerja.

Pengamat Valas, Farial Anwar membeberkan penyebab depresiasi rupiah dari faktor global. Pertama, sambungnya, ada dua spekulasi yang beredar soal penyesuaian Fed Fund Rate yakni tetap diperkirakan pada September, namun ada pula yang memprediksi ditunda.

"Dengan adanya devaluasi Yuan, diperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS akan tertunda, bisa mundur. AS sangat kecewa dengan devaluasi Yuan karena mereka ingin Yuan dimahalkan bukan dibuat murah karena AS mengalami defisit perdagangan dengan China akibat serbuan barang-barang asal sana," ucap dia saat dihubungi Liputan6.com.

Farial menjelaskan, tindakan devaluasi diikuti Vietnam yang sengaja mendepresiasi mata uangnya Dong. Menurut dia, kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadi perang mata uang (currency war).

3. Orang Sukses Bisa Cemas Gara-gara Ini

Para pemimpin dunia, taipan bisnis, dan para miliarder ternyata melakukan kebiasaan unik karena kecemasan yang mereka alami. Atau lebih tepatnya, mereka membentuk kebiasaan karena khawatir akan sesuatu.

Tidak seperti orang pada umumnya, Bill Gates dan Oprah Winfrey tidak mengkhawatirkan uang. Berikut ini adalah lima orang sukses yang karena kecemasannya, membentuk sebuah kebiasan unik sehingga mengantarkan mereka pada kesuksesan. Siapa sajakah mereka?

4. Begini Cara Orang Sukses Habiskan Masa Muda

Sebuah kutipan lagu menuliskan masa muda adalah masa berapi-api. Alangkah baiknya jika gairah muda itu dimanfaatkan untuk untuk membangun sebuah kerajaan bisnis atau melaksanakan cita - cita. Ingin tahu apa yang dilakukan beberapa pengusaha sukses ini di usia 20-an

5. Ini Strategi Menkeu Bambang Hadapi Fenomena Super Dolar AS

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berupaya memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan cara memperbaiki penyerapan belanja. Dengan langkah tersebut diharapkan membangkitkan kembali persepsi pasar terhadap kinerja pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dan mengurangi tekanan pada rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia tengah menghadapi tekanan global yang berasal dari perang harga minyak, perang mata uang, devaluasi mata uang sampai spekulasi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed.

"Intinya ini tekanan yang melanda global, tidak hanya Indonesia. Tugas kita untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih sulit. Harapan satu-satunya memacu belanja pemerintah," tegas dia. (Ndw/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.