Sukses

Jurus Kementan Atasi Kenaikan Harga Bawang dan Cabai

Kementan menilai fluktuasi harga komoditas terjadi juga karena pengaturan kontinuitas pasokan antar-wilayah sentra cabai.

Liputan6.com, Jakarta - Harga sayuran seperti cabai dan bawang merah mengalami lonjakan di penghujung tahun ini. Kenaikan harga dua komoditas ini sekitar Rp 5.000 per kilogram (kg).

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan untuk mengurai penyebab lonjakan harga cabai dan bawang merah tidak sederhana. Tidak bisa hanya dilihat dari pergerakan harga dalam 1-2 hari saja, tapi harus dilihat dalam kurun waktu panjang.

"Kedua komoditas ini dalam waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita rugi. Namun pada saat tertentu harga melonjak tinggi," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (31/12/2015).

Berbeda dengan komoditas lainnya, kata Amran, karakteristik cabai dan bawang merah yang mudah rusak (perishable) dan fluktuasi harganya berkontribusi terhadap inflasi, sehingga pemerintah memberi perhatian serius.

Stabilitas harga cabai dan bawang merah di Jakarta dapat dengan mudah dideteksi dari jumlah pasokan ke Pasar Cibitung. Apabila tiap hari mampu memasok minimal 40 truk masuk ke pasar ini maka diyakini harga akan turun dan stabil. Sebaliknya, bila pasokan kurang dari 25 truk, maka harga akan merangkak naik.

"Fluktuasi harga komoditas ini bukan karena kekurangan pasokan, melainkan karena pengaturan kontinuitas pasokan antar-wilayah sentra cabai," kata dia.

Amran menjelaskan, tiga jenis cabai memiliki karakteristik berbeda. Pertama, jenis cabai besar untuk industri berkontribusi 20 persen dari total produksi, harganya relatif stabil.

Kedua, cabai keriting berkontribusi 50 persen dari total produksi sedikit berfluktuasi. Ketiga, jenis cabai rawit kontribusi 30 persen dari total produksi ini harganya berfluktuasi.

"Kurva harga cabai berbentuk huruf U, di mana harga rendah saat kemarau karena panen cabai berbarengan. Hal ini diatasi dengan pengaturan pola tanam, produksi dan rantai pasoknya," ungkap dia.

Guna memenuhi pasokan secara cukup dan berlanjut, Kementan menghitung sebaran produksi berdasarkan geospasial dan dimensi waktu sehingga menjamin pasokan setiap hari dan telah dirancang kesiapan produksi harian atau mingguan sampai dengan akhir tahun 2016.

"Berdasarkan siklus tahunan, harga bawang merah akan naik pada saat musim hujan di wilayah sentra andalannya, seperti Brebes dan Majalengka saat hujan sedang menyiapkan lahannya untuk tanam padi," jelas dia.

Guna mengatasi hal tersebut, Kementan sejak 2015 secara sistemik mengembangkan bawang merah besar-besaran minimal 1.000 ha di wilayah sentra lain yang tersebar di Bima, Sumbawa, Tapin, Enrekang, Pesisir Selatan, Kampar, Nganjuk, Probolinggo, dan lainnya.

Demikian juga guna memenuhi kebutuhan cabai di seluruh Indonesia, sekitar 150 ribu ton per hari ini yang selama ini produksi cabai bertumpu pada musimnya.

Selama ini, pada periode November-Maret pasokan berkurang, maka kini Kementerian Pertanian membuat terobosan mengembangkan cabai di luar musim (off season) yang dilengkapi dengan pompa air dan irigasi tetes, serta dipusatkan di Jawa Barat, dan Banten. Hal ini diyakini akan mampu memasok kebutuhan Jabodetabek secara berkelanjutan.

"Pertimbangan geospasial dan waktu tanam dikembangkan cabai di sekitar Jabodetabek, mengingat karakteristik cabai perishable dan konsumen ingin cabai segar. Karena itu, cabai harus dipanen setiap pagi hari dan sore harinya sudah masuk ke pasar," tandasnya. (Dny/Ahm)*

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.