Sukses

Rupiah Diprediksi Anjlok ke 14.400 per Dolar AS di Tahun Ini

Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan di kisaran 13.600 per dolar AS hingga 14.400 per dolar AS di semester I 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan nilai tukar rupiah akan terdepresiasi hingga menembus level 14.400 per dolar Amerika Serikat (AS) pada semester I 2016 ini. Ramalan tersebut dipicu karena beberapa faktor eksternal yang akan memberi tekanan pada laju pergerakan kurs rupiah.

Josua menjelaskan, ada beberapa faktor eksternal dan internal yang perlu diwaspadai pemerintah karena akan berdampak pada nilai tukar rupiah di tahun ini.

"Dari internal, fokus investor mencermati pelebaran defisit anggaran karena ada potensi lambannya penyerapan anggaran serta efektivitas paket kebijakan yang masih belum terlihat," terang Josua saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (5/1/2016).

Dari sisi eksternal, diakui Josua, sentimen negatif berasal dari kenaikan suku bunga The Federal Reserves secara bertahap, potensi Bank of Japan dan Bank Eropa untuk menambah stimulus moneter sehingga dolar AS bakal semakin super. Akhirnya menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

"Parahnya lagi, OPEC diprediksi belum akan menurunkan produksi minyak sehingga bisa menekan harga minyak dunia. Dengan begitu, harga komoditas ikut turun dan melemahkan kurs mata uang negara berkembang. Hal itu yang harus diwaspadai pemerintah dan BI tahun ini," jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, Josua menuturkan, nilai tukar rupiah berpotensi tertekan di kisaran 13.600 per dolar AS hingga 14.400 per dolar AS di semester I 2016. Namun kurs rupiah diperkirakan akan membaik di semester II tahun ini dengan rentang 13.700 per dolar AS sampai 13.900 per dolar AS di akhir tahun.

"Karena market dan perekonomian kita akan lebih baik di semester II dengan pertumbuhan di atas 5 persen. Sedangkan secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi bisa 5 persen di tahun ini dengan penyerapan anggaran yang lebih baik," papar Josua.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui bahwa ada kekhawatiran perekonomian China semakin melemah di tahun ini seiring pengumuman data indeks manufaktur China.

"Tapi bukan cuma China yang ekonominya tidak bagus, Brazil pun demikian. Sedangkan di Timur Tengah ada gejolak politik, sehingga secara umum kondisi global memang sedang tidak bagus,"


Sebagai antisipasinya, Darmin mengaku, pemerintah Indonesia tetap akan menjalankan program-program yang telah disusun Kementerian dan Lembaga, seperti pembangunan infrastruktur dalam rangka menggenjot investasi supaya pertumbuhan ekonomi terdorong naik.

"Kita akan bergerak cepat Januari ini. Besok ada penandatanganan kontrak-kontrak proyek yang akan dimulai segera di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," jelas Darmin. (Fik/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.