Sukses

Bankir Optimistis Ekonomi RI Mampu Bangkit di Tahun Ini

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu sedikit banyak dipengaruh oleh ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 mengalami perlambatan, namun sektor perbankan di dalam negeri optimistis ekonomi Indonesia mampu bangkit pada tahun ini.

Direktur utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu sedikit banyak dipengaruh oleh ekonomi global, salah satunya perekonomian China yang mengalami kelesuan.

Pada awal tahun ini, ekonomi negeri tirai bambu tersebut juga belum mengalami perbaikan. Namun menurut Budi, hal tersebut harusnya bukan menjadi batu halangan bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

"Krisis di China, mereka sebut ini sebagai wedging (ganjalan). Karakter pertama, bahaya dalam setiap krisis, memang ada komponen bahaya. Tapi ada peluang juga. Jadi dalam setiap krisis ada bahaya, orang selalu melihat bahayanya saja. Tapi selalu ada peluang.‎ Bahkan beberapa diantara anda ada yang mendapatkan peluang dari krisis," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Budi mengungkapkan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya, namun pertumbuhan tersebut tetap tercatat menjadi yang paling baik dibandingkan negera-negara lain di dunia.

"PDB Indonesia terendah ada di kuartal II, itu 4,6 persen. Kuartal III itu 4,7‎ persen. Jadi paling tidak ada peningkatan terhadap pertumbuhan Indonesia. Dan kita masih jadi pertumbuhan ekonomi ke-7 tercepat di dunia. Tidak terlalu buruk," kata dia.

Sedangkan pada tahun ini, Budi mengaku tetap optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan lebih baik. Masih banyak peluang di dalam negeri yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun ini.

"Peluang ada di Indonesia, tidak di negara lain di dunia. Saya rasa tidak lama lagi, grade invest akan meningkat di Indonesia. Sedangkan Brazil, Rusia, mereka downgrade peringkat mereka. Di Indonesia ada kemungkinan besar berada dalam grade invest," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani menyatakan, ekonomi Indonesia saat ini masih belum bisa lepas dari berbagai faktor baik di dalam negeri maupun internasional.

Faktor-faktor tersebut di antaranya penyesuaian ekonomi dan sistem keuangan China, gejolak pasar keuangan dunia, disusul dengan aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini. Hal-hal tersebut dinilai bakal mempengaruhi ekonomi Indonesia pada tahun ini.

"Kita harus menumbuhkan kembali kepercayaan investor, terus menggerakkan ekonomi Indonesia dan yang paling penting adalah menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya," ujar dia.

Rosan menuturkan, dalam kondisi pelemahan ekonomi dunia dan turunnya volume perdagangan karena harga komoditas nasional ikut melemah dapat mempersulit penciptaan lapangan pekerjaan.

Padahal, lanjut dia, masa depan ekonomi Indonesia sangat ditentukan oleh pengembangan industri. Semua negara maju dipengaruhi oleh peran industri dalam mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Di sisi lain, beberapa tahun tahun terakhir Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi yang disebabkan salah satunya oleh tingginya biaya logistik yang terkait dengan minimnya infrastruktur.

"Biaya logistik di Indonesia mencapai 30 persen dari total produk. Selain itu, industri tidak dibangun secara terintegrasi dalam satu kawasan, hulu hingga hilir juga jauh dengan pelabuhan," ujar dia.

Rosan mengungkapkan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia juga umumnya belum terintegrasi. ‎Meski ada badan otorita, kewenangan pemerintah masih terbesar. Banyak urusan administrasi yang berbeda-beda berada di pihak lain.

Dia mencontohkan, urusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masih harus ditangani pemerintah daerah, dan pajak masih dipungut Kementerian Keuangan. "Mestinya semua izin dan pungutan itu diserahkan ke otorita," kata dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.