Sukses

Ini Modus Baru Pencurian Ikan di Indonesia

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mengimbau supaya pelabuhan tak melayani produk perikanan yang didapat dari hasil pencurian.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menenggelamkan kapal pencuri ikan tampaknya belum membuat para pencuri jera. Pelaku pencurian ikan yang pelakunya adalah warga asing tersebut mencoba mencari cara lain agar bisa mendapat keuntungan secara ilegal. 

Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, salah satu cara baru yang digunakan oleh pencuri ikan adalah merayu para nelayan untuk membuat kapal dengan iming-iming pemberian saham 5 persen. Kapal tersebut meminjam nama nelayan setempat.

"Tugas Satgas 115 akan sulit karena beberapa masuk datang Pantai Utara, meminta para nelayan untuk bikin kapal nanti dikasih saham 5 persen namanya dipinjam untuk bisa buat kapal tangkap ikan lagi. Ini pekerjaan yang harus dibereskan. Kami mulai investigasi semua izin baru lewati screening, dan harus disesuaikan dulu WPP. Tidak semua bikin kapal langsung jalan," jelasnya, Jakarta, Senin (22/2/2016).

Baca Juga


Susi mengatakan, pencurian ikan telah menjadi komitmen bersama dunia. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mengimbau supaya pelabuhan tak melayani produk perikanan yang didapat dari hasil pencurian ikan.

"Pidato Obama di Ocean Summit, AS akan traceability dan baned untuk produk perikanan yang terlibat ilegal unreported, unregulated fishing (IUUF). Selain itu AS komitmen satgasnya IUUF dia akan perjanjian port statment yang mengharuskan pelabuhan tidak meladeni, services pelaku IUUF," katanya.

Sementara itu, dia mengatakan dengan dibukannya penangkapan ikan hanya untuk lokal diharapkan nelayan akan menikmati hasil tangkapannya. Itu diharapkan, dapat mengurangi masyarakat Indonesia yang tumbuh kerdil.

"Saya punya keyakinan 10 tahun ke depan akan menjadikan stunting indeks yang sekarang 39 persen. Jadi anak-anak Indonesia dalam 10 tahun terakhir kuntet 39 persen karena sumber protein kurang. Kita hanya bisa konsums ikan-ikan air tawar yang banyak residu kimia tidak baik, belum ‎semua budidaya menuju prinsip berkelanjutan ini PR Dirjen Budidaya‎," tutup Susi. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.