Sukses

Rugi Rp 6,75 Triliun, ISIS Tetap Jadi Teroris Terkaya di Dunia

Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tetap menjadi teroris terkaya di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tetap menjadi teroris terkaya di dunia. Hal ini diungkap dari hasil riset yang dilakukan oleh Centre for the Analysis of Terrorism.

Walaupun mengalami serangan yang bertubi-tubi dan penyusutan daerah kekuasaan, grup ini ternyata masih mampu untuk mendapat pemasukan yang besar.

Melansir laman Thehindu.com, Jumat (3/6/2016), ISIS berhasil mendapat penghasilan US$ 2,4 miliar atau setara dengan Rp 32,4 triliun pada 2015 (estimasi kurs 1 US$ = Rp 13.153). Pendapatan tersebut mereka dapatkan dari memeras delapan juta penduduknya dengan tingkat pajak yang sangat tinggi.

Keuntungan yang didapat oleh ISIS tersebut turun US$ 500 juta atau Rp 6,75 triliun dibanding estimasi tahun sebelumnya. Di tahun 2014, keuntungan ISIS mencapai US$ 360 juta atau Rp 4,86 triliun.

 

Kenaikan pendapatan ini juga berbanding lurus dengan tingkat pemerasan yang dilakukan oleh pemerintah pada penduduknya. Hasil penelitian mengungkap bahwa pada tahun 2015 nilai hasil pemerasan yang dilakukan oleh ISIS mencapai US$ 800 juta atau Rp 10,8 triliun.

ISIS juga telah kehilangan 40 persen dari teritori yang ia miliki. Hal terjadi akibat serangan tak henti yang mengincar sumber minyak di daerah tersebut.

ISIS mendapatkan serangan berat dari berbagai musuh, termasuk musuh Suriah dan Irak, militer pertahanan Kurdi Peshmerga dan Unit pertahanan Kurdi (YPG). Kelompok-kelompok itu telah mendapatkan dukungan serangan udara dari koalisi pimpinan AS dan pasukan Rusia.

Salah satu target koalisi itu adalah penghasilan yang ISIS dapatkan dari daerah penghasil minyak yang berada di bawah kontrol kelompok tersebut.

Serangan udara telah diluncurkan ke arah infrastruktur bangunan di sekeliling produksi minyak, yang menurut IHS berdampak pada menurunnya produksi minyak dari 33 ribu barel per hari pada tahun 2015 menjadi 21 ribu barel per hari. (Vna/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini