Sukses

Harga Minyak Dunia Kembali Bangkit dari Posisi Terendah

Harga minyak kembali naik sekitar 5 persen di awal pekan ini setelah turun ke posisi terendah dalam lima tahun.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia melonjak 5 persen di awal pekan pertama Desember 2014 dari posisi terendah dalam lima tahun. Kenaikan harga minyak ini juga terbesar sejak 2012 di tengah kekhawatiran produksi shale Amerika Serikat (AS) yang tinggi dan produksi minyak melimpah telah menyusut.

Pelaku pasar juga menilai dolar AS melemah membuat harga komoditas yang dalam mata uang dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya. Hal ini juga memicu pembelian minyak dan komoditas alam lainnya.

Harga minyak jenis Brent ditutup naik US$ 2,39 menjadi US$ 72,54 setelah menyentuh level tertinggi US$ 72,73. Harga minyak sempat jatuh US$ 2,62 menjadi US$ 67,53 terendah sejak Juli 2009. Keuntungan 3 persen harga minyak Brent terbesar sejak Oktober 2012.

Sementara itu, harga minyak patokan AS naik US$ 2,85 menjadi US$ 69 per barel, setelah sempat sentuh level terendah US$ 63,72. Kenaikan harga minyak sekitar 4 persen ini terbesar sejak Agustus 2012.

"Pasar telah melihat harga minyak sedikit terlalu turun tajam sehingga harga minyak dapat kembali naik. Apalagi sejumlah perusahana shale sudah melaporkan pengurangan belanja modal pada 2015 seiring margin keuntungan perusahaan menipis," kata John Kilduff, Partner Energy Hedge Fund Again Capital, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (2/12/2014).

Meski demikian, Analis Commerzbank Eugen Weinberg menilai, pasar masih mencari titik keseimbangan baru untuk harga minyak dunia di bawah US$ 70. Hal itu mengingat sedikit kejutan dengan harga sekarang, sebagian besar produksi minyak di AS akan menguntungkan.

Harga minyak sudah jatuh sejak Juni yang didorong dari kenaikan pasokan minyak dan permintaan global melambat. Apalagi keputusan negara pengekspor minyak (OPEC) yang tidak memangkas produksi pada pekan lalu turut mempengaruhi harga minyak dunia.

Arab Saudi, anggota paling berpengaruh di OPEC diblokir oleh beberapa produsen minyak kecil untuk mengurangi produksi. Hal itu dengan alasan harga rendah dapat merugikan shale oil Amerika Serikat.

Meski harga minyak telah naik di awal pekan ini, harga minyak telah turun sekitar 10 persen dari awal pekan lalu. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini