Sukses

Harga Minyak Terjun Bebas, Medco Kencangkan Ikat Pinggang

Di saat harga minyak terjun bebas, Medco menjadikan gas sebagai primadona.

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan harga minyak di pasar internasional telah membuat perusahaan minyak khawatir. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) pun ikut mengencangkan ikat pinggang menghadapi anjloknya harga minyak.

"Harga minyak turun, ini saatnya mengencangkan ikat pinggang," kata Direktur Operasi Medco Frila Berlini Yaman di Hotel Mercure, Jakarta, Sabtu (6/12/2014).

Tak hanya Medco, lanjut Frila, seluruh perusahaan minyak di dunia juga melakukan hal yang sama. Guna meminimalisir dampak penurunan harga minyak ke kinerja perseroan, Frila mengaku memiliki dua jurus yaitu dengan memangkas biaya operasi dan investasi yang keluarkan Medco.

Sekadar informasi, pada tahun ini Medco mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar US$ 450 juta-US$ 500 juta. "Perusahaan lain juga sama mereka mengurangi investasi," tutur Frila yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Medco E&P Indonesia.

Di saat harga minyak terjun bebas, perseroan menjadikan gas sebagai primadona. Apalagi produksi gas Medco terus menanjak.

Frila menargetkan produksi migas perseroan pada 2015 setara dengan tahun ini yaitu 60 ribu barel setara minyak per hari (boepd).

"Meski sumbangan produksi migas dari luar negeri meningkat, tapi ada sejumlah lapangan migas domestik yang sudah tua dan produksinya turun. Jadi tahun depan kemungkinan stagnan," terang dia.

Harga minyak mentah turun tajam di akhir pekan ini, di mana patokan minyak mentah AS menetap di level terendah dalam lima tahun.

Melansir laman Market Watch, di New York Mercantile Exchange, minyak mentah berjangka untuk pengiriman Januari turun 97 sen, atau 1,5 persen menjadi US$ 65,84 per barel.

Ini menandai penutupan terendah untuk kontrak bulan depan sejak 29 Juli 2009. AS patokan mengalami kerugian mingguan sebesar 0,5 persen setelah naik selama seminggu sebelumnya.

Sementara itu, harga minyak Brent di bursa ICE Futures London merosot 57 sen, atau 0,8 persen menjadi US$ 69,07 per barel. Harga susut 1,5 persen untuk minggu ini dan penutupan terendah sejak 7 Oktober 2009.(Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini