Sukses

Rupiah Merosot, Ini Emiten yang Kena Imbasnya

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar dalam jangka panjang dapat menekan kinerja emiten.

Liputan6.com, Jakarta - Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Bahkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus level 12.599 pada 15 Desember 2014 dari periode akhir pekan lalu di kisaran 12.432.

Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar ini akan berdampak terhadap kinerja emiten di pasar modal Indonesia. Sejumlah analis menyatakan, pelemahan rupiah berdampak terhadap emiten yang memiliki banyak utang dalam dolar AS dan menggunakan bahan impor besar.

Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, pelemahan rupiah dalam jangka panjang bisa berdampak negatif terutama biaya operasional emiten terutama menggunakan dolar. Selain itu, emiten memiliki utang berdenominasi dolar AS yang besar juga terbebani karena nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar.

"Sektor transportasi seperti Garuda Indonesia Tbk kena dampaknya. Ada juga Samudera Indonesia," ujar Reza, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Selasa (16/5/2014).

Reza menambahkan, saat ini sektor tambang dan perkebunan juga kena imbas karena rupiah melemah. Padahal menurut Reza, bila rupiah melemah akan untungkan sektor saham tambang dan perkebunan. Namun lonjakan dolar Amerika Serikat, Reza menuturkan, hal itu berpengaruh ke pasar komoditas karena pelaku pasar cenderung memilih mata uang. "Pasar komoditas juga ikut pelemahan," kata Reza.

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT Universal Broker Securites, Satrio Utomo. Menurut dia, pelemahan rupiah akan menambah beban utang emiten yang banyak berdenominasi dolar.

VP Corporate Communication PT Garuda Indonesia Tbk, Pudjobroto menuturkan, biaya operasional di industri penerbangan sekitar 70 persen dalam dolar. Dengan nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar maka menjadi tantangan bagi perseroan.

"Setiap pelemahan Rp 100 maka biaya operasional bisa naik sekitar US$ 12,8 juta," kata Pudjobroto.

Menurut Pudjobroto, saat ini perseroan telah melakukan hedging atau lindung nilai tetapi masih terbatas. Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan gerak rupiah lebih stabil. "Kami harap rupiah stabil jangan fluktuaktif. Rupiah stabil maka kami dapat melakukan perencanaan," tutur Pudjobroto.  (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini