Sukses

Rupiah Sempat Sentuh Level 12.911 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah sempat sentuh level 12.911 per dolar Amerika Serikat pada Selasa pagi ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerikat Serikat (AS) makin merosot pada perdagangan Selasa pagi (16/12/2014).

Berdasarkan data Bloomberg, posisi rupiah kembali terdepresiasi sekitar 1,4 persen terhadap dolar di kisaran 12.893 pada pagi ini dari penutupan kemarin di kisaran 12.713 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data RTI, posisi dolar terhadap rupiah di kisaran 12.911. Pukul 09.14 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar mulai naik terbatas dengan sentuh level 12.892.

Ekonom DBS, Gundy Cahyadi menuturkan, pergerakan rupiah tak stabil dalam jangka pendek ini akan terlihat dari pertumbuhan investasi. Misalnya, pembelian capital goods (yang biasa impor) tentu akan kena dampaknya.

"Kita telah melihat investment growth sangat mengecewakan sepanjang 2014 karena rupiah terkesan sedikit lemah, dan juga kenyataan bahwa adanya volatilitas yang cukup tinggi di pasar," ujar Gundy.

Menurut Gundy, rupiah melemah cukup drastis ini terutama dalam sepekan terakhir karena sentimen penguatan dolar. Apalagi permintaan cukup meningkat pada akhir tahun.

"Dolar telah menguat terutama terhadap Yen dan Euro, karena perbedaan prospek kebijakan moneter di antara The Fed, Bank Sentral Eropa dan BOE," ujar Gundy.

5 Sebab Rupiah Melemah

Sebelumnya terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah kian menyusut terhadap dolar, antara lain penguatan dolar hingga spekulasi perusahaan lokal yang melakukan aksi beli dolar sebelum akhir tahun.

Sejumlah investor asing tercatat telah menarik dana hingga Rp 10,09 triliun dari obligasi berdenominasi rupiah bulan ini sejak 11 Desember.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menjelaskan, terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menurun.

"Faktor pertama yaitu data ekonomi AS yang semakin membaik dan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Kekhawatiran akan penguatan dolar AS karena peningkatan data ekonomi Faktor lain menurut Eric yaitu perputaran uang atau Great Rotation di mana dana asing yang berendar kembali masuk ke Amerika Serikat menjelang akhir tahun.

Dua sentimen tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh pada pergerakan rupiah belakangan ini. Selain itu, faktor berikutnya adalah kebutuhan dolar yang meningkat di akhir tahun.

"Kebutuhan dolar di akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berkaitan dengan penjualan obligasi belakangann ini tampak memberatkan rupiah," ungkap Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd, Shigehisa Shiroki.

Menurutnya, nilai tukar rupiah kini benar-benar berada di bawah tekanan. Eric juga menjelaskan, faktor keempat adalah persepsi pasar saat rupiah menembus level tertentu yang dengan cepat memicu aksi beli dolar.

"Namun mendekati natal dan akhir tahun, transaksi dolar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang berlibur," tuturnya.

Faktor kelima yang menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang terbilang masih cukup besar. Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap adanya penurunan defisit sebesar US$ 24 miliar sepanjang tahun ini. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini