Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah Dalam 5,5 Tahun

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia kembali melanjutkan penurunannya pada hari Jumat (Sabtu pagi WIB) ke level terendah dalam 5,5 tahun, akibat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) masih belum mau memangkas produksi demi mengurangi banjirnya stok minyak di pasar internasional.

Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (10/1/2015), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun US$ 43 sen,atau 0,9 persen menjadi US$ 48,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak patokan AS ini turun 8,2 persen sepanjang minggu ini.

Begitu pula minyak jenis Brent pengiriman Februari turun US$ 85 sen atau 1,7 persen menjadi US$ 50,11 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange. Ini adalah penutupan terendah sejak 28 April 2009.

Harga minyak yang jadi patokan ddunia ini tergelincir 11 persen sepanjang minggu ini. Brent dan WIT berjangka mencatat penurunan mingguan selama tujuh pekan berturut-turut.

Uni Emirat Arab tidak memiliki rencana untuk mengurangi produksi tidak peduli seberapa rendah harga turun. Duta Besar UEA untuk Amerika Serikat, Yousef Al Otaiba menekankan belasan kali dalam enam minggu terakhir bahwa OPEC tidak akan memotong produksi minyak untuk menghentikan kemenangan.

"Perang harga akan terus terjadi dan pasokan akan terus berlimpah," kata analis pasar senior The Price Futures Group, Phil Flynn.

Minyak diperdagangkan di level terendah sejak April 2009 di tengah kekhawatiran bahwa surplus pasokan global diperkirakan berasal dari Qatar sebanyak 2 juta barel per hari akan bertahan tahun ini.

OPEC yang berjuang melawan booming shale di AS dengan menolak pengurangan produksi, sinyal itu siap untuk membiarkan harga minyak berjangka jatuh ke level yang bisa memperlambat produksi AS. (Ndw)