Sukses

Harga BBM Tak Akan Turun Lagi Meski Harga Minyak Jeblok

Apakah pemerintah akan menyusutkan harga BBM kembali pada akhir Februari ini jika harga minyak dunia masih betah di level terendah?.

Liputan6.com, Jakarta
Harga minyak dunia masih terkontraksi hingga jatuh ke level di bawah US$ 50 per barel. Pemerintah sudah dua kali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar guna merespons penurunan harga minyak dunia. 
 
Pertanyaan muncul, apakah pemerintah akan menyusutkan harga BBM kembali pada akhir Februari ini jika harga minyak dunia masih betah di level terendah?.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengungkapkan, pemerintah perlu mempertimbangkan menambah cadangan BBM untuk jangka waktu lebih panjang apabila harga minyak dunia terus merosot. 
 
"Timbul pemikiran, apakah kalau harga (minyak dunia) terus turun kita turunkan harga? Kita perlu bikin cadangan BBM yang sekarang nggak punya," ucap dia dalam Rapat Kerja Pembahasan RAPBN-P 2015 di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (22/1/2015). 
 
Saat ini, menurut Sudirman, kemampuan cadangan BBM PT Pertamina (Persero) sekira 18 hari-20 hari. Namun banchmark-nya 60 hari.
 
"Jadi keuntungan (penurunan harga minyak dunia) dipakai untuk membuat cadangan BBM. Ini jadi inisiatif yang baik," tegasnya.  
Kata dia, pemerintah harus membiasakan masyarakat Indonesia dengan naik turunnya harga BBM tanpa melepas harga tersebut sesuai mekanisme pasar. 
 
"Sesuai peraturan, penetapan harga BBM tetap diatur pemerintah. Dengan Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri ESDM, kita akan tinjau harga BBM," papar Sudirman. 
 
Di sisi lain, lebih jauh dia menjelaskan terkait kebijakan kenaikan harga BBM subsidi pada pertengahan November lalu, langkah tersebut diambil melalui proses diskusi panjang dalam rangka reformasi struktural. 
 
"Subsidi harus jatuh ke orang yang tepat, tapi saat harga minyak dunia turun, kita selesaikan masalah subsidi. Mengabil keputusan menghapus subsidi, dan kita fair menurunkan harga BBM. Kita nggak mau dapat laba bersih dari minyak," pungkas Eks Direktur Utama PT Pindad itu. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini