Sukses

Ini Dia Perbedaan Program Dana Stimulus AS dan Eropa

Eropa menghadapi kondisi perekonomian yang berbeda dengan saat AS memutuskan menggulirkan dana stimulus US$ 85 miliar per bulan pada 2008

Liputan6.com, Frankfurt - Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengumumkan kebijakan stimulus untuk membeli obligasi senilai 60 miliar per bulan terhitung Maret 2015 hingga 2016 guna mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa. Namun langkah ini dinilai akan kurang berhasil membantu pemulihan ekonomi Eropa mengingat kondisinya berbeda dengan Amerika Serikat yang pernah mengambil langkah serupa pada 2008.

Meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan bank sentral Eropa (ECB) telah lebih dulu memangkas suku bunganya ke dekat nol agar proses pinjaman dana menjadi lebih mudah dan murah.

"Saya rasa ini sebuah kesalahan jika berpikir bahwa kebijakan stimulus (quantitative easing) ini merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan ekonomi Eropa," ungkap mantan Menteri Keuangan AS Larry Summers, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (23/1/2015).

Menurut Summers, banyak alasan yang menunjukkan program pengguliran dana stimulus ECB tak akan berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Eropa. Lantaran Eropa menghadapi kondisi perekonomian yang berbeda dengan saat AS memutuskan menggulirkan dana stimulus US$ 85 miliar per bulan pada 2008.

Pertama, program pembelian obligasi Eropa muncul sangat terlambat untuk membantu kerusakan finansial yang dipicu krisis kredit pada 2008. Sementara para bankir di Amerika Serikat bergerak sangat agresif, untuk menghapus utang dan mengembalikan dana masuk, banyak bankir Eropa justru masih sibuk memulihkan neraca perekonomiannya.

Bahkan sejumlah pakar mengatakan, para bankir AS kala itu bergerak terlalu agresif.

Meskipun rencana pembelian obligasi telah digaungkan sejak krisis kredit terjadi pertama kali pada 2008, bankir ECB menghadapi reaksi politik berlebihan dan pertengkaran birokrasi yang menggagalkan pengajuan tersebut.

Kini dengan tingkat suku bunga di Eropa yang sudah mendekati nol, dampak stimulus lanjutan dapat diredam. Tingkat suku bunga yang lebih rendah di Eropa juga akan cenderung kurang efektif dibandingkan saat AS mengambil keputusan serupa karena terdapat perbedaan mengenai cara perusahaan mengakses kredit.

Di Amerika Serikat, banyak perusahaan besar yang meminjam dana langsung dari para investor dengan menjual obligasi perusahaan. Sebaliknya, bagian yang lebih besar dari kredit perusahaan di Eropa justru datang dari sejumlah bank.

Padahal banyak dari bank tersebut yang enggan meminjamkan atau membayar utang Eropa.

Meskipun kebijakan dana stimulus The Fed bukan tanpa kritik, tapi secara umum dananya membantu ekonomi AS dan sistem perbankan bangkit dari krisis finansial terburuk sejak The Great Recession berakhir. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini