Sukses

Hitungan Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi Berbeda dengan Masa SBY

Menurut Suharyanto, metode tahun dasar 2010 lebih terkini dan lebih nyata dalam mencerminkan pertumbuhan perekonomian.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, dalam menghitung angka pertumbuhan ekonomi, di tahun ini mereka menggunakan metode hitungan baru. Metode baru tersebut membuat angka pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo akan lebih rendah jika dibanding dengan era pemerintahan presiden sebelumnya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.

Deputi Neraca dan Analasisi Statistik BPS Suharyanto mengungkapkan, dalam metode baru tersebut, BPS menggunakan angka tahun dasar 2010. Dalam metode sebelumnya, BPS menggunakan angka tahun dasar 2000.

Untuk diketahui, angka tahun dasar adalah patokan pembagi dalam menentukan indeks harga konsumen. Angka ini didapat dari mengumpulkan sampel harga barang-barang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia dan memasukkannya ke dalam sebuah kelompok.

Suharyanto pun mencontohkan, angka pertumbuhan ekonomi jika menggunakan tahun dasar 2000 pada kuarta I sebesar 0,92 persen,  pada kuartal II sebesar 2,48 persen , dan kuartal III sebesar 3,01 persen. Nah, jika menggunakan tahun dasar 2010, maka angka pertumbuhan pada kuartal I tercatat 0,11 persen, pada kuartal II sebesar 3,83 persen, dan pada kuarta III sebesar 3,16 persen.

"Sama perhitungannya jika menggunakan triwulan. Dengan metode lama, pertumbuhan ekonomi triwulan I sebesar 5,16 persen, triwulan II sebesar 5,07persenm dan triwulan III sebesar 5 persen. Dengan metode baru, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tercatat 5,14 persen, triwulan II tercatat 5,03 persen, dan triwulan III tercatat 4,92 persen," kata Suahryanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (5/2/2015).

Metode perhitungan baru ini berbasis SNA 2008 atau aturan untuk mengukur akitifitas ekonomi yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurut Suharyanto, metode tahun dasar 2010 lebih terkini dan lebih nyata dalam mencerminkan pertumbuhan perekonomian, sehingga pertumbuhan yang dirilis lebih berkualitas dan akurat. "Diharapkan pertumbuhan ekonominya lebih mencerminkan pertumbuhan ekonominya," tuturnya. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini