Sukses

IHSG Terseret Pelemahan Bursa Asia

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 216.904 kali dengan volume perdagangan saham 4,84 miliar saham.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan sepanjang perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan indeks ini karena terpengaruh penurunan yang terjadi di beberapa bursa di Asia. 

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (8/12/2015) IHSG melemah 57,21 poin atau 1,27 persen ke level 4.464,18. Indeks saham LQ45 juga turun 1,73 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di zona merah pada perdagangan hari ini.

Ada sebanyak 216 saham memerah sehingga menekan IHSG. Hanya ada 67 saham berhijau sehingga tak mampup menahan pelemahan IHSG. Di luar itu, 57 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 216.904 kali dengan volume perdagangan saham 4,84 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,78 triliun.


Secara sektoral, seluruh sektor saham melemah. Pelemahan tertinggi dicetak oleh sektor aneka industri yang turun 4,24 persen. Disusul kemudian sektor pertambangan yang melemah 1,85 persen dan manufaktur yang turun 1,62 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 500 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 500 miliar.

Saham-saham menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham DPUM naik 50 persen ke level Rp 825 per saham, saham GWSA menguat 20 persen ke level Rp 114 per saham, dan saham SSTM menguat 19,05 persen ke level Rp 1.776 per saham.

Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham JPRS susut 9,93 persen ke level Rp 136 per saham, saham DNAR melemah 9,84 persen ke level Rp 110 per saham, dan saham OKAS tergelincir 9,68 persen ke level Rp 84 per saham.

Kepala Riset PT Universal Broker, Satrio Utomo menjelaskan, sebagian besar bursa di Asia memang sedang tertekan karena penurunan harga komoditas. Sinyal dari Asia yang cukup jelek memberikan dampak kepada IHSG," jelasnya.

Selain itu, pelaku pasar juga sedang menunggu rencana dari kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan pada tahun ini juga.

Hal tersebut membuat nilai tukar dolar AS menguat dan menekan rupiah. Pelemahan rupiah tersebut juga berdampak kepada IHSG.  (Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.