Sukses

Rupiah Tersungkur, BI Makin Dilema Turunkan Suku Bunga

Saat ini, otoritas moneter tersebut mengkhawatirkan nilai tukar rupiah yang sudah bergerak liar hingga menyentuh level 14.000 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengaku sedang diambang dilema berat antara menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate) dan stabilisasi kurs rupiah.

Saat ini, otoritas moneter tersebut mengkhawatirkan nilai tukar rupiah yang sudah bergerak liar hingga menyentuh level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan tetap kesulitan menyesuaikan BI Rate dari posisi 7,5 persen meskipun data-data ekonomi makro Indonesia menunjukkan perbaikan. Data tersebut adalah inflasi, defisit transaksi berjalan dan lainnya yang relatif lebih rendah dibanding sebelumnya.

"Sejak dua bulan lalu dikatakan, kalau pertimbangannya inflasi rendah, defisit transaksi berjalan terkendali, ada ruang pelonggaran moneter. Tapi kita harus menimbang dampak dari faktor ekstenal yang sulit diprediksi," jelas dia, seperti ditulis Minggu (14/12/2015).    

Lebih jauh Perry menjelaskan, BI dan bank-bank sentral di negara berkembang sangat sulit memprediksi reaksi pasar akibat kebijakan luar negeri, diantaranya, kebijakan China sengaja melemahkan mata uang Yuan untuk kesekian kalinya.

Sementara kebijakan penyesuaian suku bunga The Federal Reserve sebesar 25 basis poin atau kurang dari satu persen, sudah diantisipasi BI.

"Yang harus hati-hati memang rupiah dan suku bunga. Dalam kondisi sekarang kita menghadapi dilema, jadi itulah kenapa sebabnya BI tetap perlu berhati-hati. Tapi kita selalu berkoordinasi dengan pemerintah," tegas Perry.

BI saat ini fokus pada stabilisasi kurs rupiah karena depresiasi yang terjadi telah menimbulkan  dampak besar terhadap industri manufaktur akibat ketergantungan perusahaan itu terhadap impor bahan baku, perusahaan-perusahaan besar yang bermain di bisnis komoditas sehingga ujung-ujungnya mengurangi setoran pajak ke pemerintah.

"Ketika BI Rate belum turun, pelaku usaha tetap dapat mengajukan kredit ke perbankan karena BI telah melonggarkan likuiditas atau kebijakan makroprudensial," papar Perry. (Fik/Nrm)
   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini