Sukses

Tanggapi The Fed, Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di 7,5%

BI menilai bahwa stabilitas makroekonomi semakin baik sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.

Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang menaikkan Fed Fund Fate sebesar 0,25 persen hingga 0,50 persen, Bank Indonesia (BI) memilih untuk tetap menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,50 persen. Dengan keputusan tersebut BI telah mempertahankan suku bunga di level yang sama selama 11 bulan berturut-turut.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen.

"BI akan mencermati pasar keuangan global pasca Fed fund rate dan kondisi domestik ke depan. BI akan berkoodinasi dengan pemerintah dalam rangka penguatan stimulus struktural," jelasnya di gedung BI, Jakarta, Kamis (17/12/2015).

BI terus mempertahankan suku bunga acuan di level yang sama selama 11 bulan berturut-turut. Pada RDG yang berlangsung pada 17 Februari 2015 lalu, BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate dari 7,75 persen ke 7,5 persen. Sejak saat itu BI Rate tak berubah hingga saat ini.


Tirta melanjutkan, BI menilai bahwa stabilitas makroekonomi semakin baik sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Bank Indonesia meyakini inflasi 2015 akan terjaga di batas bawah kisaran sasaran plus minus 4 persen disertai dengan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan berada pada kisaran 2 persen dari PDB pada 2015.

Keputusan BI ini tak sesuai dengan harapan para analis. ‎"Saya harapkan akan diturunkan, karena The Fed sudah naikan bunga," kata Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat‎ saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurut Budi, kesempatan menurunkan suku bunga ini sudah menjadi keharusan mengingat angka inflasi yang sampai saat ini dinilai cukup rendah. Ini tidak lepas dari peran BI melalui Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) yang terus berkomunikasi dengan pemerintah.

Dengan menurunkan suku bunga, menurut Budi, bakal membantu pemerintah dalam menopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2016.‎ "Kita butuh growth, bursa membaik dan rupiah tidak terlalu jelek‎, yang terpenting cara BI berkomunikasi," papar Budi.

Selama ini, BI dinilai lebih‎ banyak mengeluarkan kebijakan yang bersifat bertahan. Kini, dengan kondisi ekonomi domestik saat ini, sudah saatnya BI diminta lebih agresif.

Untuk diketahui, Bank Sentral AS akhirnya memutuskan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Ini menandakan keyakinan bahwa sebagian besar ekonomi AS telah pulih dari dampak krisis keuangan 2007-2009.

Komite Kebijakan The Fed memutuskan kisaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 - 0,50 persen. Keputusan ini mengakhiri perdebatan panjang tentang apakah ekonomi AS cukup kuat untuk menahan biaya pinjaman yang lebih tinggi.

"Para hakim Komite melihat ada perbaikan yang cukup besar dalam kondisi pasar tenaga kerja tahun ini. Hal itu cukup memberi keyakinan bahwa inflasi akan naik dalam jangka menengah dengan target 2 persen," kata The Fed dalam pernyataannya, melansir laman Reuters, Kamis (17/12/2015).

The Fed memperjelas jika kenaikan suku bunga adalah awal siklus dari langkah pengetatan, di mana dalam keputusan selanjutnya akan lebih memantau kondisi inflasi, yang berada di bawah target.

"Mengingat angka inflasi di bawah 2 persen, Komite akan berhati-hati dalam memantau kemajuan aktual dan diharapkan menuju target inflasi. Komite berharap kondisi ekonomi akan berkembang dengan cara yang akan menjamin peningkatan. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini