Sukses

Salip Malaysia, Pemerintah Targetkan Dwelling Time Hanya 1,5 Hari

Pemerintah bertekad, proses bongkar muat di Indonesia bisa mengalahkan Malaysia dan Thailand.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus melakukan pembenahan sistem bongkar muat pelabuhan (dwelling time) di seluruh Indonesia. Pemerintah bertekad, proses bongkar muat di Indonesia bisa mengalahkan Malaysia dan Thailand.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku saat ini lama‎ dwelling time pelabuhan di Indonesia, khususnya Pelabuhan Tanjung Priok masih di angka 4,3 hari untuk satu kontainer.

Tak puas dengan angka itu, dirinya mengaku menargetkan dwelling time bisa turun di angka 1,5 hari. Dengan begitu maka bongkar muat di Indonesia sudah mengalahkan Malaysia yang 2,2 hari, dan Thailand yang selama 3 hari.

‎"Esensinya adalah terjadi penurunan dari 6-7 hari menjadi 4,3 hari. Target kami hanya 1,5 hari lah dwelling time nya," kata Rizal di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/12/2015).

Tak ingin hanya sekedar janji, Rizal mengaku ada beberapa hal yang akan dilakukan. Pertama, penerapan denda bagi kontainer yang menginap lebih dari 3 hari dengan usulan denda sebesar Rp 5 juta per hari.

Namun mengenai besaran Denda, dikatakan Rizal saat ini masih dibahas di internal Kementerian BUMN. Dikatakannya, selama ini usulan mengenai denda tersebut masih ada penolakan dari pihak Pelindo II. Untuk itu dirinya meminta Menteri BUMN untuk segera mengatasi hal ini.

Upaya lain yang akan dilakukan yaitu pengoperasian kereta barang masuk ke terminal petikemas. Saat ini tengah dilakukan pembangunan jalur kereta menuju terminal petikemas yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero).

"Sekarang 45 persen pengerjaannya sudah selesai, diharapkan kereta api pelabuhan akan mulai beroperasi akhir Februari 2016. Kalau ini dilakukan maka dwelling time akan berkurang satu hari lebih, dan kemacetan di Tanjung Priok juga akan berkurang," terang dia.

Rizal menambahkan dirinya juga akan mengoperasikan‎ sistem informasi yang terintegrasi yang dinamakan Inaport System. Ini untuk mendukung Indonesia National Single Window (INSW) yang selama ini dianggap belum maksimal.

"Sehingga semua data terintegrasi, karena bisa diketahui, posisi kontainer dimana, lokasinya, pemiliknya, isinya apa. Integrated data system. Ini akan mulai kita aktifkan tahun depan," ujar Rizal. (Yas/Zul)

 

Mau punya bisnis sukses? Cek video ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.