Sukses

Inflasi DKI Jakarta Lebih Rendah dari Nasional

Harga komoditas yang lebih rendah telah mendukung inflasi DKI Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Inflasi Desember yang ditutup meningkat cukup tinggi berbeda dengan inflasi Jakarta. Sepanjang 2015, inflasi Jakarta tetap tercatat menurun tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Inflasi Jakarta tercatat sebesar 3,3 persen (yoy) pada 2015, jauh lebih rendah daripada pencapaian 2014 sebesar 8,95 persen (yoy).

Bahkan inflasi Jakarta juga relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional (3,35 persen secara year on year/yoy.

Tingginya inflasi Desember yang mencapai 0,72 persen (mtm) tidak mendorong inflasi tahunan menjadi tinggi karena inflasi pada bulan-bulan sebelumnya tercatat rendah, bahkan beberapa kali mengalami deflasi.  

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono menjelaskan inflasi Jakarta lebih rendah pada 2015 dibandingkan dengan 2014, didorong oleh lebih rendahnya harga komoditas kelompok administered prices, terutama untuk komoditas yang terkait dengan energi, seperti bensin, solar, dan bahan bakar rumah tangga.

"Perkembangan ini juga berdampak pada turunnya tarif dalam subkelompok tranportasi, terutama pada angkutan udara dan angkutan antarkota," kata Doni, Selasa (5/1/2016).

Rendahnya harga komoditas-komoditas energi dan transportasi tersebut tidak terlepas dari perkembangan harga minyak internasional yang berada dalam tren menurun sepanjang 2015, di samping faktor base effect dampak kenaikan BBM November 2014.

Doni menambahkan relatif lebih rendahnya inflasi 2015 dari 2014 juga didorong oleh aktivitas perekonomian Jakarta yang juga lebih rendah dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya tekanan inflasi dari sisi permintaan masyarakat.

Pemprov DKI Jakarta Berupaya Jaga Kestabilan Harga Pangan

Di sisi lain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga terus berupaya untuk menjaga kestabilan harga pangan pokok melalui perbaikan manajemen stok, operasi pasar, dan perbaikan infrastruktur untuk memitigasi dampak banjir yang dapat menghambat distribusi bahan pangan.

Koordinasi pengendalian inflasi antara Pemprov DKI Jakarta dengan Bank Indonesia dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang cukup intens telah membawa inflasi bahan pangan turun signifikan, yaitu dari 12,77 persen (yoy) akhir tahun 2014 menjadi 4,86 persen (yoy) pada akhir tahun 2015.

"Namun bila dilihat dari dinamika bulanan, inflasi Jakarta pada Desember 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi November 2015," Doni menegaskan.

Pada Desember 2015 inflasi Jakarta tercatat sebesar 0,72 persen (mtm), lebih tinggi dari November 2015 sebesar 0,12 persen (mtm).  Selain itu, capaian inflasi Desember 2015 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lima tahun terakhir (tidak memperhitungkan tahun 2014).

Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, utamanya kenaikan harga kelompok volatile food, seiring dengan meningkatnya permintaan bersamaan dengan terbatasnya pasokan pangan.

Selain itu, kelompok administered prices juga turut berkontribusi sebagai akibat libur panjang yang bertepatan dengan Hari Natal dan tahun baru 2016 yang menyebabkan meningkatnya harga komoditas transportasi serta kebijakan kenaikan tarif listrik.

Kenaikan inflasi bahan pangan terutama dipicu oleh meningkatnya harga-harga pada subkelompok bumbu-bumbuan serta daging dan hasil-hasilnya.

Pada komoditas bumbu-bumbuan, kenaikan harga dipicu terutama olah cabai merah (33,18 persen mtm) dan bawang merah (30,71 persen mtm) sebagai akibat masuknya musim penghujan yang mengurangi kualitas komoditas, sehingga pasokan menjadi berkurang.

Dari subkelompok daging dan hasil-hasilnya, tekanan inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga daging ayam ras (9,34 persen mtm), daging babi (2,41 persen mtm), daging ayam kampung (1,57 persen mtm) dan bakso (1,63 persen mtm).

Sementara itu, stok beras Jakarta masih relatif aman, meski saat ini panen beras di sentra produksi sudah mulai berkurang.

Antisipasi pengadaan beras oleh Jakarta yang dilakukan bekerja sama dengan Bulog dapat menjaga pasokan beras di Jakarta secara normal, sehingga tidak terjadi lonjakan harga beras di Jakarta yang biasa terjadi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.

Dengan harga beras yang relatif stabil dapat menahan laju inflasi kelompok bahan pangan lebih lanjut.

Sementara itu, harga komoditas administered prices yang turut berkontribusi terhadap tingginya inflasi Desember 2015 berasal dari subkelompok transportasi dan dan tarif listrik.

Dari subkelompok transportasi, komoditas angkutan udara mengalami kenaikan harga sebesar 6,83 persen (mtm).

Hal ini terkait libur Natal dan tahun baru 2016 yang dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan perjalanan (berlibur), sehingga permintaan jasa angkutan udara meningkat cukup signifikan.

Selain angkutan udara, kenaikan harga juga terjadi pada tarif angkutan kereta api, yaitu sebesar 1,91 persen (mtm).

Selanjutnya, penyesuaian tarif listrik yang dilakukan pemerintah per Desember 2015, juga menambah tekanan inflasi. Indeks harga komoditas listrik meningkat sebesar 2,19 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan November 2015, yang diikuti oleh kenaikan indeks harga pada beberapa komoditas lainnya utamanya sewa rumah yang mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen (mtm).(Yas/Ahm)**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini