Sukses

BI Rate Turun Jadi 7,25% Beri Tenaga ke IHSG dan Rupiah

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 7,25 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah terbatas meski di tengah ada sentimen ledakan di pusat kota Jakarta pada Kamis siang (14/1/2016). Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate mampu mendorong laju IHSG sehingag melemah terbatas.

Pada sesi pertama perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG sempat tertekan dipicu ada ledakan di Sarinah.

Pada pukul 11.30 WIB, IHSG melemah 45,70 poin atau 1,03 persen ke level 4.491. Indeks saham LQ45 susut 1,32 persen ke level 782,79. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada Kamis siang ini.

Penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG melemah 1,72 persen atau 77,85 poin ke level 4.459,32. Indeks saham LQ45 melemah 2,25 persen ke level 775,47. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada hari ini.

Saat pembukaan pukul 13.30 WIB, IHSG susut 1,73 persen ke 4.458. Namun IHSG pun melemah terbatas menjadi 0,48 persen ke 4.516. Indeks saham LQ45 susut 0,55 persen ke level 788.

Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.Nilai tukar rupiah pun berada di posisi 13.868 per dolar Amerika Serikat. Rupiah sempat sentuh 13.910 pukul 10.50.

Sentimen BI menurunkan BI Rate 25 basis poin menjadi 7,25 persen dinilai memberikan tenaga untuk IHSG.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan laju IHSG tertekan sejak awal perdagangan. Hal itu dipicu dari bursa saham Asia melemah ditambah tekanan dari ledakan bom terjadi di pusat Jakarta

Akan tetapi, pelemahan IHSG menjadi terbatas saat BI menurunkan BI Rate sekitar 25 basis poin.

"Faktor penurunan BI Rate turut mengangkat IHSG. Selain itu juga rupiah menjadi melemah terbatas," kata dia.

Alfred menilai, penurunan BI Rate diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan BI Rate turun dapat menurunkan bunga kredit sehingga biaya cost of fund turun.

"Sekitar 40 persen penyaluran kredit berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jadi biaya perbankan cukup mendominasi untuk pertumbuhan ekonomi," kata Alfred.

Alfred menilai, emiten pun akan sangat terbantu bila BI Rate turun. Biaya pinjaman itu akan relatif rendah."Inflasi sekiar 4 persen dan ini belum pernah terjadi. Karena itu jaraknya harus dipersempit agar optimalkan pertumbuhan ekonomi," jelas Alfred.

Ada pun sentimen ledakan yang terjadi, Alfred menilai sentimen ledakan kalau dilihat secara historis memang berdampak ke IHSG. (Ahm/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.