Sukses

Pertama Kali, Bank Sentral Jepang Tetapkan Suku Bunga Negatif

Langkah bank sentral Jepang itu untuk meningkatkan konsumsi dan investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Jepang mendorong suku bunga di bawah nol atau negatif untuk pertama kalinya pada Jumat pekan ini. Bank sentral Jepang telah menjaga suku bunga rendah selama bertahun-tahun.

Gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda menuturkan, perubahan suku bunga tersebut akan menyebabkan suku bunga riil jatuh. Ini dilakukan untuk merangsang konsumsi dan investasi Jepang. Langkah bank sentral Jepang ini mengikuti bank sentral Eropa yang juga telah melakukan hal sama menempatkan suku bunga negatif.

"Kebijakan baru ini akan menekan suku bunga untuk pinjaman meski pun tidak akan berdampak negatif bagi bank," ujar Kuroda, Jumat (29/1/2016).

Bank sentral Jepang melihat ekonomi Jepang telah pulih secara moderat terlihat dari inflasi. Ini diikuti pengeluaran perusahaan dan rumah tangga. Akan tetapi, kondisi ekonomi global juga masih menjadi perhatian bank sentral terutama harga minyak merosot.

 

"Baru-baru ini, bagaimana pun pasar keuangan global telah bergejolak seiring harga minyak dunia merosot dan ketidakpastian perkembangan ekonomi berkembang dan komoditas mengingat ekonomi China," tulis bank sentral Jepang

Bank sentral Jepang juga menyebutkan untuk alasan tersebut ada peningkatan risiko kenaikan kepercayaan bisnis perusahaan Jepang dan konversi pola pikir deflasi yang mungkin akan tertunda serta tren inflasi mungkin terpengaruh negatif. Suku bunga negatif ini juga untuk mencapai target inflasi 2 persen. Bank sentral Jepang memperkirakan inflasi inti 0,2-1,2 persen pada April 2016 dan Maret 2017.

Mengutip laman Bloomberg, tingkat suku bunga negatif ini akan dikenakan pada cadangan sekitar 10 triliun-30 triliun yen, dan hanya akan berlaku bagi cadangan baru di bank sentral. Realisasi kebijakan ini akan diberlakukan pada 16 Februari 2016.

Kebijakan baru tersebut akan membuat saldo setiap akun pada bank sentral Jepang menjadi tiga tingkatan. CEO Port Shelter Investment Management Richard Harris mendukung keputusan bank sentral Jepang tersebut.

"Mereka memiliki masalah dengan membeli obligasi pemerintah lebih sejak utang pemerintah. Tarif negatif menjadi cara untuk meninggalkannya, itu baik untujk Jepang," kata Harris. (Ahm/Igw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.