Sukses

Menkeu Bambang Iri dengan Penerima Beasiswa LPDP

Ada beberapa hal yang membuat Menkeu Bambang iri dengan peraih beasiswa dari pemerintah seiring perkembangan zaman.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro berbagi pengalaman kepada para alumni penerima beasiswa studi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Ada beberapa hal yang membuatnya iri dengan peraih beasiswa dari pemerintah seiring perkembangan zaman.

Bambang Brodjonegoro mengaku dapat mengecap studi di Universitas Illinois di Urbana-Champaign, Amerika Serikat (AS) berkat beasiswa dari pemerintah.

Di Negeri Paman Sam itu, mantan Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal itu melaksanakan pendidikan formal tingkat magister 1991-1993 dan melanjutkan program doktoral di Universitas yang sama hinggaa 1995. Sementara jenjang strata satunya, ia selesaikan di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi.


"Bedanya Anda (penerima beasiswa LPDP) sama saya. Waktu saya sekolah di beasiswai oleh loan atau pinjaman di APBN. Saya masih ingat namanya World Bank 21, itu proyek yang nyekolahi saya di AS," jelas dia di Jakarta, Selasa (2/1/2016).

Sementara penerima beasiswa LPDP, kata Bambang, dibiayai murni oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk Rupiah.

Bahkan untuk bisa menerima beasiswa, Bambang terikat kontrak berbakti di kampus almamaternya UI setelah pulang dari menimba ilmu di AS.

"Saya waktu itu teken kontrak di UI harus ngajar, saya penuhi sampai jadi Dekan. Lalu saya pindah ke Kemenkeu. Tapi Anda semua sekarang tidak ada kontrak seperti itu. Walaupun begitu, berkontribusilah untuk negara ini sesuai bidangnya masing-masing," terang Bambang.

Hal lain yang bikin Menkeu iri dengan penerima beasiswa LPDP, adalah uang bulanan yang dikirimkan bagi setiap peraihnya. Aliran uang ini sangat berbeda saat era Bambang kuliah dengan sekarang ini.

"Saya ngiri dot com, karena money allowance-nya beda. Lulusan LPDP di AS pasti money allowance-nya sudah di atas US$ 800. Karena saat saya kuliah di AS saja sudah US$ 800, tapi standar LPDP berbeda, aliran uangnya lancar, tidak usah mikir lagi. Kalau dulu saya kan sempat kerja di Perpustakaan dan lainnya buat nambah-nambah," tutur Bambang.

Dengan beasiswa ini, Bambang berharap, seluruh alumni LPDP dapat ‎berkontribusi terhadap bangsa dan negara, khususnya membangun daerah bukan hanya di perkotaan. "Ekonomi kita sudah terdesentralisasi, di mana daerah punya kebebasan dalam pengembangan ekonominya," pinta dia. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.