Sukses

Menkeu: Krisis Bisa Datang Setiap Minggu

Tantangan terbesar pengembangan industri ekonomi dan keuangan syariah adalah mensinkronkan antara dunia akademik dan dunia kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan sektor keuangan saat ini semakin dinamis, namun rentan terhadap krisis. Frekuensi terjadinya krisis pun semakin sering. Hanya karena spekulasi, krisis bisa terjadi. Oleh karena itu, para pemain di sektor keuangan perlu waspada terhadap kemungkinan tersebut.

"Sektor keuangan di Indonesia dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Dulu jarang krisis tapi sekarang, ancaman krisis bisa terjadi setiap bulan, bahkan setiap minggu dari gosip, spekulasi," ujar Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro di kantornya, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Pemerintah, sambungnya, berharap ekonomi dan keuangan syariah dapat berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pengembangan industri perbankan syariah pun dirasa penting, salah satunya mencetak sumber daya manusia mumpuni dan berdaya saing tinggi dengan negara lain.

"Jangan cuma terjebak asyik membahas bagaimana perkembangan industri keuangan syariah, tapi lupa dengan kewajiban bagaimana ilmunya berkontribusi ke perekonomian. Kami ingin memperkenalkan ekonomi syariah lewat jalur pendidikan," ujar Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) tersebut.

Menurut Bambang, tantangan terbesar pengembangan industri ekonomi dan keuangan syariah adalah menghubungkan dan mensinkronkan antara dunia akademik dan dunia kerja. Ia menjelaskan, banyak lulusan sarjana sampai bergelar Doktor untuk ekonomi syariah yang berkompeten secara akademis, namun nihil dalam praktiknya di lapangan.

"Saat tes di dunia kerja, malah kalah bersaing. Jadi kita perlu memastikan apa yang diajarkan di kampus nyambung di dunia kerja. Kampus jangan cuma eksklusif tanpa mengakomodir kebutuhan di dunia kerja yang tidak diberikan saat duduk di bangku kuliah," terangnya.

Indonesia membutuhkan tenaga atau sumber daya manusia di bidang ekonomi dan keuangan syariah bisa bersaing dengan negara lain di era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Apalagi negara ini, lanjutnya, telah menambah instrumen pembiayaan atau utang berbasis syariah semakin besar untuk menutup defisit anggaran.

Bambang menambahkan, pemerintah telah menerbitkan surat utang berbasis syariah dalam denominasi dolar AS dan rupiah dalam bentuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilelang setiap dua minggu. Di samping itu, merambah produk sukuk ritel yang menjangkau investor kecil, sukuk dana haji, serta mendorong sukuk untuk proyek infrastruktur.

"Suatu saat saya ingin kalau ada orang bertanya di negara mana di dunia yang paling bisa memanfaatkan sukuk syariah untuk kepentingan negara, maka jawabannya Indonesia," harap Bambang. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini