Sukses

BPS: Boikot Produk Israel Tak Ganggu Ekspor-Impor RI

Hingga saat ini Indonesia masih mempunyai hubungan dagang dengan Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan hingga saat ini Indonesia masih mempunyai hubungan dagang dengan Israel.

Hubungan dagang ini tidak terpengaruh soal seruan boikot terhadap produk-produk Israel terkait dengan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo mengatakan, selama ini Indonesia masih rutin menjalin kerja sama Israel. Indonesia telah melakukan ekspor ke Israel pada 2014 dengan nilai US$ 138,87 juta. 

Kemudian pada 2015 angkanya menurun menjadi US$ 116,9 juta. Salah satu produk yang diekspor Indonesia ke negara tersebut yaitu kelapa sawit daon produk turunannya.

"Ekspor kita ke Israel hampir US$ 11,9 juta, seperti kelapa sawit dan turunnya," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/3/2016).

Sementara terkait dengan seruan boikot terhadap produk Israel, Sasmito menyatakan akan kerjasama dagang ini tampaknya masih akan berlangsung selama belum ada aturan resmi dari pemerintah terkait penghentian kerjasama perdagangan tersebut.

"Kan belum ada secara tertulis, jadi masih masuk," jelas dia.

Selain itu menurut dia, meski tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan negara tersebut masih bisa berlangsung.

Sebagai contoh, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan tetapi produk-produk Taiwan bisa masuk ke Indonesia. Demikian juga sebaliknya.

"Kita sebelumnya berdagang dengan semua negara. Taiwan dan Israel saja yang kita tidak punya hubungan diplomatik. Tapi kan untuk perdagangan kan jalan," tandasnya.

Sebagai informasi, BPS mencatat pada 2015 nilai impor Indonesia dari Israel mencapai US$ 77,7 juta. Angka ini mengalami kenaikan jika dibanding tahun sebelumnya hanya US$ 13,89 juta.

Sedangkan pada Februari 2016, impor Indonesia dari Israel mencapai US$ 825.877 dengan volume barang sebesar 8,8 ton. Sedangkan secara akumulasi Januari-Februari, impor mencapai 269,8 ton atau senilai US$ 5,8 juta.

Untuk produk yang diimpor seperti produk kimia, tekstil, mesin beserta komponennya, peralatan listrik, elektronik dan sebagainya. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.