Sukses

Amerika Selatan Jadi Senjata Tingkatkan Ekspor RI

Selama 2015, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan tercatat masih sangat rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan mendorong para pengusaha lokal memperluas ekspor ke negara-negara non-tradisional (emerging market) guna menggenjot peningkatan ekspor non-migas. Salah satu negara non-tradisional yang didorong untuk mulai dijajaki ialah pasar Amerika Selatan, serta Eropa Tengah dan Afrika.

“Kawasan Amerika Selatan menyimpan potensi yang sangat besar sebagai pasar bagi produk Indonesia, namun nilai perdagangan Indonesia ke kawasan tersebut masih tergolong kecil. Barang-barang konsumsi yang berpotensi besar yaitu produk tekstil, otomotif, dan hasil pertanian,” ujar Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Karyanto Suprih di Jakarta, Senin ‎(6/6/2016).

Selama 2015, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan tercatat masih sangat rendah. Nilai total eskpor Indonesia sebesar US$ 2 miliar di mana 99 persen merupakan ekspor produk non-migas. Adapun negara-negara utama tujuan ekspor non-migas yaitu Brasil, Argentina, dan Peru.

Karyanto mengungkapkan, angka tersebut sangat rendah dibandingkan dengan potensi yang ada. Padahal menurut dia, peluang pasar Amerika Selatan sangat terbuka lebar dengan penduduk sekitar 387 juta jiwa dan pendapatan per kapita di atas US$ 11 ribu.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Selatan juga tidak terlalu terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa, serta Amerika Selatan telah memiliki kelas menengah yang berjumlah lebih dari 100 juta jiwa.

“Dengan perekonomian yang cukup baik tersebut, pola konsumsi golongan kelas menengah dapat terus terdorong sehingga menciptakan peluang yang baik melakukan penetrasi pasar,” lanjut Karyanto.

Negara-Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi adalah Argentina, Ekuador, dan Peru berada di atas 6,5 persen. Negara-negara Amerika Selatan dengan kelas menengah terbesar saat ini adalah Uruguay (56 persen) dan Argentina (53 persen), sedangkan Bolivia (13 persen) dan Paraguay (19 persen) merupakan negara yang memiliki kelas menengah terendah di Amerika Selatan‎.

Beberapa alasan yang menyebabkan  perdagangan Indonesia ke wilayah tersebut minim yaitu karena eksportir masih menganggap lokasi Amerika Selatan terlalu jauh, keuntungan yang belum dapat diprediksi, serta karena Amerika Selatan masih tidak ada dalam struktur promosi.

Selain itu, produk yang dihasilkan juga masih belum berorientasi pada customer. Oleh karena itu, Karyanto mengharapkan para produsen untuk dapat berinovasi dan berkreasi dalam menciptakan produk yang dapat diminati oleh pasar Amerika Serikat.

Karyanto juga mengimbau para eksportir yang ingin memasuki pasar di Amerika Selatan agar mencari informasi melalui Perwakilan Republik Indonesia, seperti Atase Perdagangan atau Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dalam rangka menyukseskan penetrasi pasar nontradisional. Langkah lain yang bisa dilakukan dalam rangka mendukung para eksportir untuk memaksimalkan pasar Amerika selatan adalah pemanfaatan trade financing di Indonesia.

Skema pembiayaan ekspor merupakan hal yang sangat penting bagi industri-industri di Indonesia dalam meningkatkan daya saing produk-produk ekspor. “Tujuan pemberian pembiayaan ekspor nasional adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan perdagangan luar negeri Indonesia dan meningkatkan daya saing pelaku bisnis, serta menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong program peningkatan ekspor nasional,” kata dia.

Perorangan yang berdomisili di dalam dan luar negeri, maupun badan usaha yang berbadan hukum ataupun tidak, dapat memperoleh pembiayaan ekspor dari lembaga pembiayaan dan asuransi ekspor. Lembaga keuangan ini dapat memberikan pembiayaan, penjaminan, dan jasa konsultasi bagi eksportir nasional. “Jika ekspor ke kawasan nontradisional seperti Amerika Selatan itu dapat ditingkatkan, maka akan sangat berarti bagi upaya Pemerintah menaikkan nilai ekspor nonmigas,” tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini