Sukses

AS Jadi Biang Kerok Jatuhnya Rupiah ke Level 13.000

Data-data ekonomi Amerika Serikat yang kian membaik membuat nilai tukar dolar menguat dan menyebabkan pelemahan rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian membaik membuat nilai tukar dolar menguat dan menyebabkan pelemahan rupiah serta nilai tukar beberapa mata uang di negara lain. Rupiah pun bahkan ambruk hingga menyentuh level 12.933 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level Rp 12.933 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:45 waktu Jakarta. Di awal sesi, rupiah mencatatkan penurunan tajam ke level Rp 12.911 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terus tertekan dan masih berkutat di kisaran Rp 12.743 per dolar AS hingga Rp 12.937 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi parah sebesar 301 poin dari level Rp 12.599 pada perdagangan sebelumnya.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, penguatan nilai tukar dolar merupakan faktor kunci yang menyebabkan pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang lain di dunia. Tak hanya rupiah, rubel Rusia, yen Jepang dan rupee India serta beberapa mata uang lain juga melemah dalam waktu bersamaan.

"Jadi tadi malam itu memang banyak berita negatif untuk rupiah seperti Rusia yang naikkan suku bunganya secara drastis dan indeks manufaktur AS yang menguat tajam dan mendorong nilai tukar dolar," paparnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia ambruk

Rusia menaikkan suku bunga dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Sementara indeks manufaktur AS meningkat jauh melampaui prediksi 0,7 persen, dengan realitas 1,5 persen.

Pemulihan data ekonomi AS akhirnya mengubah ekspektasi pasar mengenai pernyataan The Fed terkait kenaikan suku bunganya.

"Awalnya The Fed selalu menggunakan dalam jangka waktu tertentu, tapi tampaknya dalam rapat 16-17 Desember ini, The Fed akan mengubah pernyataan soal kurun waktu suku bunganya," tutur David.

Hal tersebut membuat para investor mencari aset yang lebih aman dan akhirnya beralih ke dolar. Akibatnya, dolar menguat dan menyebabkan pelemahan ke sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Rupiah tak sendirian, ruble Rusia tercatat telah melemah sebesar 40 persen atau terendah sejak 1997. Sementara euro juga telah melemah ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir.

Tak hanya itu, para investor asing juga mulai melakukan aksi ambil untung dengan keluar dari pasar obligasi Indonesia.

"Rupiah mungkin bisa menembus Rp 13.000 per dolar AS, karena saat ini rupiah sudah terlalu lemah, ada overshoot dalam pergerakannya," tutur David.

Sementara dari faktor internal, David tak melihat adanya sentimen berarti yang menekan rupiah. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini